Kamis, 04 April 2013
Mencuci Tangan Yang Benar
Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat atau lebih dikenal dengan PHBS adalah mencuci tangan.
Tahu kah anda tangan kita adalah salah satu bagian tubuh yang rentan sekali dengan kuman, bakteri dan virus, karena aktivitas yang begitu banyak. Untuk itu kita harus senantiasa mencuci tangan dengan benar. Kalau mau cuci tangan yang baik bisa lihat video diatas..Ok.....!!!!!
Salam Sehat Selalu friends.....
Makalah Budaya Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah
organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada
yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai
sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya
organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di
organisasi tersebut.
Budaya
organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan
lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung
organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan
zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih
ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan budaya nya dengan
perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam
keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak
faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi
faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis mengidentefikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan budaya dan
organisasi ?
2. Pengertian budaya organisasi ?
3. Bagaimana kharakteristik budaya organisasi
?
4. Bagaimana nilai dominan dan sub budaya
organisasi ?
5. Unsur-unsur budaya organisasi ?
6. Fungsi dan dinamika budaya
organisasi ?
7. Bagaimana peran budaya organisasi ?
8. Contoh kasus budaya organisasi ?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
a.
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas budaya
organisasi. Selain itu makalah ini bertujuan untuk membandingkan antara baik
dan buruknya suatu organisasi. Membandingkan dalam arti tidak mengatakan suatu
organisasi itu baik atau tidak baik, tapi dijadikan sebagai pedoman bagi para
pembaca jika ingin membuat suatu organisasi dan menjawab rumusan masalah.
b.
Manfaat makalah ini adalah memenuhi tugas budaya organisasi
dan menjadi pedoman bagi seseorang jika ingin bergabung dengan suatu organisasi
atau bahkan mendirikan sebuah organisasi yang baik dan dapat bertahan lama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya dan Organisasi
a. Budaya
Budaya
adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu
masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah internal maupun
eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan dan untuk
diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang terbaik untuk
berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan tersebut.
b. Organisasi
Menurut
dimock Organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan
untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut
Herbert G Hicks Organisasi
adalah proses yang terstruktur dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai
tujuan
Menurut
Mc Farland Organisasi
adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya
terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi,
organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang
berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
2.2
Budaya Organisasi
a.
Pengertian
Menurut
Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember daya
manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi
ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami
nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.
Menurut
Robbins Budaya organisasi adalah suatu system makna bersama yang dianut oelh
anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.
Menurut
Gareth R. Jones Budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi, suatu system dari makna bersama.
Jadi
budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi dan
itu menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan
segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau
akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang
telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara
tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap
budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala
karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang
biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan
budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan
mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan
dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir
dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri
bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi
mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam
budaya organisasi.
b.
Karakteristik budaya organisasi
Inovasi
dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong
untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
·
Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan
diharapkan menjalankan presisi, analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
·
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada
hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
·
Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil
tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
·
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di
organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
c.
Nilai dominan dan subbudaya organisasi
Budaya
organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota
organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama.
Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar
belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi
akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.
Sebagian
besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya.
Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh
mayoritas anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut
merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya
yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam
organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama
yang dihadapi para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya
dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.
Jika
organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak
subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan
karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak
semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai
alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan
seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan
pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih
memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan
yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai
subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku anggotanya.
d.
Unsur-Unsur Budaya Organisasi
1.
Asumsi dasar
2.
Seperangkat nilai dan Keyakinan
yang dianut
3.
Pemimpin
4.
Pedoman mengatasi masalah
5.
Berbagai nilai
6.
Pewarisan
7.
Acuan prilaku
8.
Citra dan Brand yang khas
9.
Adaptasi
e.
Fungsi Dan Dinamika Budaya Organisasi
Fungsi Budaya organisasi :
1.
Perasaan Identitas dan Menambah
Komitmen Organisasi
2.
Alat Pengorganisasian Anggota
3.
Menguatkan Nilai-Nilai dalam
Organisasi
4.
Mekanisme Kontrol Prilaku (
Nelson dan Quick,1997)
Tipe Budaya organisasi :
1.
Budaya Birokrasi
2.
Budaya Inovatif
3.
Budaya Suporatif
f.
Peran Budaya Organisasi
Dari pengertian budaya organisasi
di atas, tampak bahwa budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis
untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya
kinerja manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah
organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya
organisasional, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan internal dan eksternal.
Contoh
Budaya Organisasi :
1. Budaya Organisasi Lion Air
Maskapai
penerbangan ini dibentuk oleh dua kakak beradik. Dengan modal keinginan tinggi,
akhirnya pada Oktober 1999, Kusnan dan Rusdi Kirana selaku dua kakak beradik
tersebut berhasil mendaftarkan maskapai penerbangan yang dimilikinya ke badan
hukum. Pada saat itu, maskapai penerbangan ini hanya memiliki satu armada
pesawat terbang. Rusdi Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis
segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar
saat ini. Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia
nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan.
""Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2
milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Budaya
keterbukaan dibangun Lion Air, Rusdi Kirana sering melakukan pertemuan informal
dengan bawahannya dan meminta ide-ide untuk pengembangan perusahaannya, Gaya
dan tingkah laku keduanya menjadi inspirasi bagi karyawannya dan menjadikannya
cerita yang dibicarakan berulang-ulang diantara karyawannya. Mereka seolah
menjadi model yang dijadikan panutan bersama. Kepedulian terhadap karyawan
sangat tinggi dan tidak terlalu mengedepankan formalitas, ini memperbolehkan
sesama karyawan menikah tanpa ada rasa khawatir akan penyelewengan. Kondisi ini
yang memudahkan kultur terbentuk dengan baik diantara staf Indonesia Lion Air.
Lion Air sangat fokus terhadap skill karyawan dibuktikan
dengan membangun fasilitas training dan simulator untuk pilot dan
staffnya, dalam hal rekrutmenpun Lion Air berani untuk membayar Transfer Fee
lebih mahal untuk membajak Pilot-pilot yang berkualitas, strategi outsourcingpun
dilakukan kepada beberapa pekerjaan yang bersifat core untuk memudahkan
retensinya.
Lion Air mengingat keselamatan adalah hal utama dalam
industry dan menjadi kewajiban yang diembankan oleh departemen perhubungan.
Lion Air membentuk Safety Management System yang merupakan salah satu
program safety yang harus dilaksanakan oleh serluruh operator
penerbangan di seluruh dunia sesuai instruksi Organisasi Penerbangan Sipil
(International Civil Aviation Organization/ICAO) melalui Document 8959 sejak 1
Januari 2009 , program SMS ini telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan
Lion Air yang bertugas di kantor pusat dan di daerah tempat kegiatan operasional
Lion Air.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap
organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak aka nada dua organisasi
yang mempunyai budaya yang sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh pada
siapa pendirinya. Contohnya organisasi yang sedang saya bahas, yaitu Lion Air.
Kerena pendirinya adalah orang yang mempunyai keinginan yang besar maka dia
menerapkan kepada diri karyawannya seperti apa yang dia harapkan. Itupun
berhasil dan Lion Air sekarang menjadi sebuah organisasi atau perusahaan yang
besar.
Budaya
organisasi yang ada pada Lion Air adalah bagaimana melayani pelanggan atau
penumpang dengan baik. Itu semua harus dilakukan oleh pemimpin dan karyawannya.
Tidak hanya buat pelanggan, Pemimpinnya juga berusaha untuk memakmurkan semua
karyawannya dengan cara salah satunya membuat semua karyawan Lion Air menjadi
teman, bukan sekedar rekan kerja. Dalam gaji Lion Air juga menetapkan standar
yang lumayan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Http://blok.Poltek.Malang
ac.id//20090526// Budaya Organisasi
Thoha,
Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Wahab,
Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit
Alfabeta, 2008
Makalah Kebijakan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perencanaan kesehatan adalah sebuah
proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan
masalah sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi
atau angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk
menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan
alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga
merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang, yaitu
suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan
keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku
dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan
menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam
berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif.
Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).
Contoh kebijakan adalah:
1.
Undang-Undang,
2.
Peraturan Pemerintah
3.
Keputusan Presiden
4.
Keputusan Mentri
5.
Peraturan Daerah
6.
Keputusan Bupati
7.
Keputusan Direktur
Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah
bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh di atas
juga memberi pengetahuan pada kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat
makro, meso, dan mikro. Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis
yang ditujukan untuk menciptakan, menerapkan, secara kritis menilai, dan
mengkomunikasikan substansi kebijakan.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat
merumuskan apa saja yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimana perumusan
masalah kebijakan ?
2.
Bagaimana
merencanakan kebijakan kesehatan ?
3.
Apa yang
menjadi dasar-dasar dalam membuat kebijakan kesehatan ?
4.
Bagaimana
kebijakan kesehatan di Indonesia ?
3.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di
atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
menjelaskan bagaimana perumusan masalah kebijakan.
2.
Untuk
menjelaskan bagaimana merencanakan kebijakan kesehatan.
3.
Untuk
menjelaskan dasar-dasar membuat kebijakan kesehatan.
4.
Untuk
menggambarkan bagaimana kebijakan kesehatan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang
mengandung arti atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan,
dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya.
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap
dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil
analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada
keputusan tentang alternative terbaik.
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan
cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran tertentu.
Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan
garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan
penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan
akal budinya (berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak
apabila menghadapi kesulitan.
Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang
memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu
seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu
mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan
tertentu.
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan,
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).
Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang
dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang
mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit
atau kecacatan.Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode
penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang
relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik
dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil
pengembangan dari analisis kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu
pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis
kebijakan kesehatan muncul. Sebagai suatu bidang kajian ilmu
yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam
pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:
- Adanya
analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada
masalah yang akan diselesaikan.
- Analisis
kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin
kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini
analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi
sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.
- Adanya
analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis tindakan kebijakan apakah yang
tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
- Memberikan
kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu
masalah yang awalnya tidak pasti.
- Dan
analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul
kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan.
1.
PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah
kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi
dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan
masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.
Staf
puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan),
cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari
pada orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut
Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan,
adalah:
1.
Interdepensi (saling tergantung)
yaitu
kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah kebijakan
lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah.
Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang
lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2.
Subjektif,
yaitu
kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan
dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur
(data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (l. gangguan kesehatan,
lingkungan, iklim, dan lain-lain). Muncul situasi problematis, bukan problem
itu sendiri.
3. Artifisial,
yaitu pada saat diperlukan perubahan
situasi problematis, sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis
yaitu masalah dan pemecahannya
berada pada suasana perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru
dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan
kebijakan dan sistem masalah kebijakan.
2. MERENCANAKAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Perencanaan
yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus diperhatikan. Menurut Azwar
(1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu
perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan
sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan. Sesungguhnya,
perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang
amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan,
bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus
dan berkesinambungan
Suatu
perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah perencanaan
yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan dengan
berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting
untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan
perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak
mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu
perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan. Artinya, hasil
dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan
mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa
yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu
perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai masalah dan
ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun tantangan
yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti
penyelesaian masalah dan ataupun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap,
yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu
perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara
jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni
tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang
berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu
perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat
wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan dengan
sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun, apalagi
yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.
3. DASAR - DASAR MEMBUAT KEBIJAKAN KESEHATAN
Dasar kebijakan
strategis dalam pembangunan kesehatan
Memahami dasar-dasar pembangunan
kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya mewujudkan nilai kebenaran dan aturan
pokok sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak dalam pembangunan
kesehatan. Nilai tersebut merupakan landasan dalam menghayati isu strategis,
melaksanakan visi, dan misi sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan
kesehatan secara nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat,
yang meliputi: perikemanusiaan, adil dan merata, pemberdayaan dan kemandirian,
pengutamaan dan manfaat.
1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan
Banyak masalah kesehatan dapat
dideteksi dan diatasi secara dini di tingkat paling bawah. Jumlah dan mutu
tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan. Pemanfaatan pembiayaan kesehatan belum
terfokus dan sinkron. Hasil sarana kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah.
Masyarakat miskin belum sepenuhnya terjangkau dalam pelayanan kesehatan. Beban
ganda penyakit dapat menimbulkan masalah lainnya secara fisik, mental dan sosial.
2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
Dengan memperhatikan isu strategis
pembangunan kesehatan tersebut dan juga dengan mempertimbangkan perkembangan,
masalah, serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan maka
ditetapkan visi pembangunan kesehatan oleh Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan
mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan
karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Visi pembangunan
kesehatan tersebut kemudian diejawantahkan melalui misi pembangunan kesehatan,
yakni Membuat Rakyat Sehat. Misi
kesehatan ini kemudian dijalankan dengan
mengembangkan nilai-nilai dasar dalam pelayanan
kesehatan yaitu berpihak pada rakyat,
bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi, transparansi
dan akuntabilitas.
4. KEBIJAKAN KESEHATAN DI
INDONESIA
Isu strategis
·
Pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal
·
Sistem perencanaan dan
penganggaran departemen kesehatan belum optimal
·
Standar dan pedoman
pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai
·
Dukungan departemen
kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan masih terbatas.
Strategi kesehatan di Indonesia
·
Mewujudkan komitmen
pembangunan kesehatan
·
Meningkatkan
pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
·
Membina sistem
kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
·
Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan
·
Melaksanakan jejaring
pembangunan kesehatan.
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam perencanaan kesehatan khususnya pada tahap perencanaan kebijakan
kesehatan perlu dilakukan perumusan masalah kebijakan itu sendiri, kemudian
merencanakan kebijakan kesehatan dan menganalisis dasar-dasar dalam membuat
kebijakan kesehatan demi terwujudnya perencanaan kesehatan masyarakat Indonesia
yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dunn,
William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA dkk.
Edisi ke 2. Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)