BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kecelakaan
(accident) merupakan kejadian yang sangat mendadak sehingga tidak terduga dan
terkendali, bahkan juga tidak dapat diramalkan. Sekitar 90% disebabkan oleh
faktor manusia (human factor).
Kecelakaan lalu lintas merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor
kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal
karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global,
dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008).
Di Indonesia, sebagian besar (70%)
korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan
umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan
pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi
disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup
tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan
melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan
maupun setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan
lalu lintas meliputi biaya perawatan kesehatan yang lama, kehilangan pencari
nafkah, kehilangan pendapatan karena kecacatan yang secara bersama menyebabkan
keluarga korban menjadi miskin dan hal ini biasanya terjadi di negara-negara
yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana epidemiologi
kecelakaan lalu lintas (KLL)?
2.
Bagaimana
identifikasi masalah kasus KLL ?
3.
Bagaimana
perhitungan besarnya masalah kasus KLL ?
4.
Bagaimana
distribusi masalah kasus KLL ?
5.
Bagaimana peranan
epidemiologi dalam kasus KLL ?
6.
Bagaimana upaya
pencegahan KLL ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memberikan deskripsi mengenai :
1.
Epidemiologi
kecelakaan lalu lintas (KLL)
2.
Identifikasi
masalah kasus KLL
3.
Perhitungan
besarnya masalah kasus KLL
4.
Distribusi masalah
kasus KLL
5.
Peranan
epidemiologi dalam kasus KLL
6.
Bagaimana upaya
pencegahan KLL
BAB II
PENDEKATAN
EPIDEMIOLOGI
A.
Epidemiologi
Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas (KLL) dapat terjadi di darat, di
laut maupun di udara. Yang menonjol dan prevalen adalah KLL di darat, sementara
KKL laut dan udara cenderung menigkat sesuai dengan perkembangan frekuensi lalu
lintas di laut dan udara.
1.
KLL DARAT
KLL di darat di tandai dengan tabrakan atau bentuk
persentuhan dari semua bentuk kendaraan maupun hal-hal terkait dengan kendaraan
di darat. KLL Di darat bisa berupa sentuhan antar pejalan dengan kendaraan
darat yang berlalu lalang.
2.
KLL LAUT
Keadaan kecelakaan
di laut melibatkan berbagai jenis kapal : kapal penumpang, kapal barang, kapal
tanker. Korban dan kecelakaan yang terjadi terkait dengan jenis kapal itu. Jika
mengenai kapal penumpang maka akan menimpa banyak orang yang menjadi penumpang.
Jika kecelakaan mengenai sebuah tanker minyak maka kecelakaan laut bisa
berwujud pencemaran minyak.
3.
KLL UDARA
Bentuk-bentuk KLL udara bisa seperti Pesawat jatuh, pesawat
tabrakan, pembajakan/terorisme, penyanderaan dan sebagainya.
Faktor Resiko
Berbagai faktor terlibat dalam KLL, mulai manusia sampai
sarana jalan yang tersedia. Secara garis besar ada 5 faktor yang berkaitan
dengan peristiwa KLL, yaitu pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan,
jalan dan lingkungan. Ditemukan konstribusi masing-masing faktor : manusia 75%,
5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor
lainnya.
a.
faktor manusia
1.
Pengemudi adalah
faktor paling dominan dalam kecelakaan lalu lintas, seperti pengemudi. Faktor
pengemudi memberi kontribusi sekitar 75 persen hingga 80 persen terhadap
kecelakaan lalu lintas yang biasanya diawali oleh pelanggaran rambu-rambu lalu
lintas. Pelanggaran rambu lalu lintas terkait dengan beberapa faktor seperti
kurangnya pengetahuan tentang lalu lintas karena ketiadaan surat izin
mengemudi. Seorang pengemudi yang memiliki surat izin mengemudi pasti akan
mengetahui rambu-rambu lalu lintas karena salah satu proses untuk mendapat
surat izin mengemudi adalah tes tertulis tentang lalu lintas. Selain faktor
pengetahuan rambu lalu lintas juga terkait dengan ketrampilan mengemudi,
situasi mengantuk saat mengemudi, gangguan kesehatan saat mengemudi, kelelahan
saat mengemudi, juga biasanya mabuk saat mengemudi. Faktor lainnya terkait
dengan usia pengemudi seperti dibawah 17 tahun atau diatas 50 tahun.
2.
Penumpang, misalnya
jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih. Secara
psikologi ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
3.
Pemakai jalan.
Pemakai jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari kendaraan. Disana ada
pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu jalan raya dapat menjadi tempat
numpang pedagang kaki lima, peminta-minta dan semacamnya. Hal ini membuat
semakin semerawutnya keadaan di jalanan.
b.
Faktor kendaraan
Faktor
kendaraan memiliki andil terhadap terjadinya
kecelakaan lalu lintas seperti pecah ban, rem tidak berfungsi, peralatan
kendaraan yang sudah aus karena lama pemakaian dan penyebab lainnya yang
berhubungan dengan teknologi kendaraan. Kendaraan yang dirawat dengan rutin
serta pengujian kendaraan bermotor secara reguler dapat menghindari terjadinya
kendaraan yang disebabkan oleh faktor kendaraan.
beberapa
jenis kendaraan dapat dibagi atas kendaraan tidak bermotor seperti becak,
sepeda, gerobak, delman/bendi, dan semacamnya. Sedangkan kendaraan bermotor
contohnya adalah sepeda motor, motor tiga roda, mobil, bus, truk, dan
sejenisnya yang menggunakan bahan bakar.
c.
Faktor jalanan
Jalan
turut menjadi faktor terjadinya kecelakaan, baik dari segi geometrik jalan,
ketiadaan pagar pengaman pada jalan berkelok dan jalan berbukit, ketiadaa rambu
jalan, ketiadaan median jalan, jalan berlobang/rusak, maupun dari kondisi
permukaan jalan secara umum. Selain daya tampung kendaraan diatas jalan perlu
menjadi perhatian, utamanya jalan di perkotaan yang padat kendaraan bermotor.
d.
Faktor lingkungan
Asap,
kabut, hujan adalah beberapa diantaranya yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Itulah yang disebut faktor lingkungan yang berkaitan
dengan cuaca. Ketika hujan atau kabut atau asap, maka jarang pandang menjadi
terbatas dan jalan menjadi licin. Pada kondisi ini, jarak pengereman diatur
sejauh mungkin dan menghindari pengereman mendadak. Kabut dan asap lebih sering
terjadi pada daerah pegunungan, sedangkan cuaca hujan dapat terjadi dimana
saja.
B.
Kasus Kecelakaan
Contoh kasus kecelakaan dengan pendekatan epidemiologi
yaitu kasus kecelakaan lalu lintas bus Sumber Kencono di Jalan
Raya Madiun-Surabaya. Di
tahun 2012, kecelakaan maut bus sudah terjadi beberapa jam setelah malam
pergantian tahun baru. Minggu (1/1) dini hari bus Sumber Kencono menabrak
sepeda motor dan warung di Jalan Raya Madiun-Surabaya di Desa Jeruk Gulung,
Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
C.
Identifikasi
Masalah
Kecelakaan maut bus Sumber Kencono ini terjadi
beberapa jam setelah malam pergantian tahun baru. Minggu tanggal satu bulan januari
dini hari bus Sumber Kencono menabrak sepeda motor dan warung di Jalan Raya
Madiun-Surabaya di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun,
Jawa Timur. Akibat kecelakaan itu, 6 orang tewas.
Saksi
mata di lokasi kejadian menyebutkan sebelum kejadian laju bus Sumber Kencono
bernomor polisi W 7727 UY sangat kencang. Sebelum menabrak sepeda motor dan
warung, diduga bus naas itu terlibat saling salip dengan bus Sumber Kencono
lainnya.
D.
Perhitungan
Besarnya Masalah
Kecelakaan Lalu lintas yang terjadi tersebut merupakan
salah satu dari puluhan kecelakaan lalu lintas. Sepanjang tahun 2012, angka
kecelakaan 7.817 kasus. Angka tersebut, lebih rendah jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 8.144 kasus.
Artinya, jumlah kasus kecelakaan tahun 2012 mengalami
penurunan hingga 3,66 persen atau 297 kasus. Hal ini diungkapkan Kapolda Metro
Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno.
E.
Distribusi Masalah
Adapun distribusi kasus kecelakaan tersebut diantaranya
seperti :
1.
9 januari 2012, lima orang tewas dan dua luka-luka setelah mobil Carry dengan
nomor polisi H 9488 WY bertabrakan dengan Bus Rajawali di jalur
Semarang-Bawen.
2.
Di hari pertama
Februari, kecelakaan maut terjadi di Sumedang, Jawa Barat. Rabu (1/1) bus Maju
Jaya terjun ke jurang sedalam 10 meter setelah menabrak sebuah truk. Akibatnya,
12 orang penumpang tewas, 4 orang luka berat dan belasan luka ringan.
Diduga
bus mengalami rem blong sehingga menabrak bagian belakang truk. Setelah
menabrak, bus yang melintas di ruas jalan yang sepi itu terjun ke dalam jurang.
3.
Enam hari setelah
kecelakaan bus Maju Jaya di Sumedang, Selasa (7/2) bus Restu menabrak sebuah
truk di jalan tol Surabaya-Porong, tepatnya di kilometer 24.700. Saat itu bus
yang mengangkut 76 penumpang tersebut melaju kencang dari arah Malang ke
Surabaya tiba-tiba menabrak truk pengangkut pasir. Akibat kecelakaan itu, tiga
orang tewas, yakni dua penumpang dan kenek bus.
Larsito,
sopir bus yang melarikan diri, akhirnya bisa diringkus polisi. Dia lantas
diproses hukum.
4.
Kecelakaan maut bus
Karunia Bhakti di Cisarua, sore tadi menewaskan 13 orang, yang kemungkinan
sebagian besar berasal dari penumpang. Sementara 40 orang luka-luka dilarikan
ke rumah sakit. Proses evakuasi masih berlangsung hingga malam ini. Korban
tewas kemungkinan masih akan terus bertambah. Dugaan sementara, bus
yang menabrak sejumlah kendaraan dan warung ini mengalami rem blong. Kepolisian
masih menyelidiki tabrakan maut tersebut.
5.
Kecelakaan
bus Raharja bernopol AB 2586 AC hari Minggu (4/11/2012) sore yang menumpang rombongan mahasiswa. Bus
ini menabrak sebuah Isuzu
Panther bernopol R 8569 SB hingga terseret dan menabrak tembok. Laju bus masih
tidak bisa dikendalikan hingga menghantam sepeda motor Yamaha Mio bernopol R
4986 JA dan sebuah gerobak yang ada di belakang Panther. Sebuah motor Honda
Revo juga jadi korban dan berakhir dengan menabrak 3 buah pohon Palem.
F.
Peranan
Epidemiologi
1.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kecelakaan seperti tempat kecelakaan, korban jiwa dan korban
luka-luka/cidera.
2.
Menyediakan data yang
diperlukan untuk proses
pengambilan keputusan untuk
menindaklanjuti kasus-kasus kecelakaan yang terjadi
3.
Membantu melakukan
evaluasi terjadinya suatu kecelakaan.
4.
Mengembangkan
metodologi untuk menganalisis keadaan orang
dalam upaya untuk mengatasi bertambahnya kejadian kecelakaan.
BAB III
UPAYA PENCEGAHAN
A.
Primordial
Prevention
Pencegahan tingkat pertama yaitu pemantapan status kesehatan (Underlying Condition) seperti :
1.
Pelarangan
orang sakit dalam mengendara
2.
Realisasi peraturan
3.
Tidak mengendarai kendaraan pada saat mabuk, ngantuk, maupun letih
4.
Pembatasan kecepatan kendaraan
5.
Perbaikan fasilitas
B.
Health Promotion
Pencegahan tingkat kedua yaitu promosi kesehatan,
misalnya:
1.
Pendidikan dan penyebaran informasi mengenai lalu lintas
2.
Pendidikan pada
usia sekolah seperti pemberian informasi kecelakaan dan dampaknya bagi pelajar.
3.
Sosialisasi
kecelakaan lalu lintas melalui media elektronik maupun media cetak.
4.
Penyebarluasan
informasi mengenai lalu lintas pada iklan layanan masyarakat.
5.
Pendirian pamplet,
pemasangan spanduk larangan ugal-ugalan dan kehati-hatian dalam berkendara.
C.
Spesific Protection
Pencegahan
tingkat ketiga yaitu pencegahan khusus,
misalnya:
1.
Perlindungan pengendara terhadap bahaya (memakai helmet, sarung tangan,
dsb)
2.
Pemakaian sabuk pinggang atau sabuk pengaman (seat belt)
3.
Perbaikan jembatan penyeberangan.
D.
Early Diagnosis
Pencegahan tingkat keempat yaitu diagnosis awal dan pengobatan tepat, misalnya:
penjajakan kasus ( case finding ), dan pemberian obat yang rational dan efektif
pada pengendara yang mengalami kecelakaan.
E.
Prompt Treatment
Pencegahan tingkat kelima yaitu pembatasan kecacatan (Disability Limitation) misalnya: pemasangan pin pada tungkai
yang patah pada anggota tubuh pengendara yang mengalami kecelakaan.
F.
Rehabilitation
Pencegahan tingkat keenam yaitu rehabilitasi, misalnya:
1.
Rehabilitasi
cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protese pada pengendara yang kecelakaan
(cacat).
2.
Pemberian jaminan kecelakaan untuk pemulihan dan penggantian dana akibat
kecelakaan.
3.
Bantuan berupa
kasih sayang, dan perawatan diluar rumah sakit oleh keluarga menjadi aspek
penting dalam pemulihan akibat kecelakaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat
mendadak sehingga tidak terduga dan terkendali, bahkan juga tidak dapat
diramalkan namun dapat dicegah dengan berbagai tingkat
pencegahan yaitu primordial prevention, health promotion, spesific protection,
early diagnosis, prompt treatment, dan rehabilitation.
Aspek pendekatan epidemiologi dapat digunakan dalam kasus
kecelakaan dengan menjabarkan faktor resiko kecelakaan, identifikasi,
perhitungan besarnya kasus, distribusi dan peranan epidemiologi dalam kasus
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya Purbaya, Angling. 2012. Kisah Mencekam dan Detik-detik Terakhir Kecelakaan
Maut di Baturaden.
www.detikNews.com
Ismail, Rachmadin. 2012. Ini Dia Identitas Korban Kecelakaan Truk vs Bus
Rosalia Indah. www.detikNews.com
Handoko, Hardianto.
1989. Manfaat Program Wajib Helm dalam Menurunkan Angka Kematian Pengendara
Sepeda Motor Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Badung Propinsi Bali.
Medika
bismillah. mbak, makasih artikelnya. mau tanya, referensi yusherman itu artinya Yuriani dan suherman atau Yusherman itu seorang penulis buku dari referensi tsb? kalo itu ada bukunya yang nulis yusherman, sya minta kontaknya ya.terima kasih
BalasHapus