BAB II
PEMBAHASAN
A.
MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
1.
Mastitis
a. Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama
pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin
disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.
Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan
pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan.
Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
b. Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari
mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di
kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Penyebab
yang lain adalah :
1)
Payudara bengkak yang tidak disusukan
secara adekuat.
2)
Bra yang terlalu ketat.
3)
Puting susu lecet yang menyebabkan
infeksi.
4)
Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup
dan terjadi anemia.
c.
Gejala
1)
Bengkak dan nyeri.
2)
Payudara tampak merah pada keseluruhan
atau di tempat tertentu.
3)
Payudara terasa keras dan
berbenjol-benjol.
4)
Ada demam dan rasa sakit umum.
d.
Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan
menjadi :
1)
Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
2)
Mastitis ditengah-tengah mammae yang
menyebabkan abses ditempat itu.
3)
Mastitis pada jaringan dibawah dorsal
dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot
dibawahnya.
e.
Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah
mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby
oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah
mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya
harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting
sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat
dikeluarkan dengan pijitan.
f.
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan
diberikan pengobatan sebagai berikut :
1)
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari.
2)
Sangga payudara
3)
Kompres dingin
4)
Bila diperlukan berikan parasetamol 500
mg per oral setiap 4 jam.
5)
Ikuti perkembangan 3 hari setelah
pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah
perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah
dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar.
g.
Penangan Dan Peran Bidan
1)
Payudara dikompres dengan air hangat.
2)
Untuk mengurangi rasa sakit dapat
diberikan pengobatan analgetika.
3)
Untuk mengatasi infeksi diberikan
antibiotika.
4)
Bayi mulai menyusu dari payudara yang
mengalami peradangan.
5)
Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6)
Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan istirahat cukup.
7)
Konseling suportif
8)
Pengeluaran Asi Dengan Efektif
2.
Bendungan ASI
a. Definisi
Bendungan ASI terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul
karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama
lahir masih sedikit.
b.
Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1)
Faktor hormon
2)
Hisapan bayi
3)
Pengosongan payudara
4)
Cara menyusui
5)
Faktor gizi dan kelainan pada puting
susu
c. Patofisiologi
1)
Gejala yang biasa terjadi lain payudara
penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
2)
ASI biasanya mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata.
3)
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam.
d. Penatalaksanaan dan Peran Bidan
1)
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI
adalah :
a)
Menyusui dini, susui bayi sesegera
mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.
b)
Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.
c)
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa,
bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d)
Perawatan payudara pasca persalinan
2)
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI
adalah :
a)
Kompres hangat payudara agar
menjadi lebih lembek.
b)
Keluarkan sedikit ASI
sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c)
Sesudah bayi kenyang
keluarkan sisa ASI.
d)
Untuk mengurangi rasa sakit
pada payudara, berikan kompres dingin.
e)
Untuk mengurangi statis di
vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus.
3.
Abses Payudara
a. Definisi
Abses payudara berbeda
dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memper berat infeksi.
4)
Payudara yang tegang dan padat
kemerahan.
5)
Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
6)
Adanya pus/nanah.
7)
Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
4.
Saluran Susu Tersumbat
Saluran tersumbat
hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24 hingga 48
jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel
ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari
biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang
menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :
a. Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan
lebih baik.
5. Putting Susu Lecet
Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
putting.
a. Penyebab
1)
Kesalahan dalam teknik menyusui.
2)
Monoliasis pada mulut bayi yang menular
pada putting susu ibu.
3)
Akibat dari pemakaian sabun, alcohol,
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting susu.
4)
Bayi dengan tali lidah yang pendek
(frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang
payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
5)
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu
menghentikan menyusui dengan kurang berhati – hati.
b. Penatalaksanaan
1)
Bayi harus disusukan terlebih dahulu
pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan
lokal pada puting maka posisi menyusu harus sering diubah, untuk puting yang
sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
2)
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI
tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar melembutkan
puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3)
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau
zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
4)
Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak
lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
5)
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam
24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu
lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
6)
Periksakanlah apakah bayi tidak
menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika
ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
c. Pencegahan
1)
Tidak membersihkan puting susu dengan
sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
2)
Sebainya untuk melepaskan puting dari
isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting
tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih
ke mulut bayi.
3)
Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi
harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.
6. Payudara bengkak
a.
Penyebab
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.
b.
Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh
bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit
diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam,
dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI
harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih
lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui.
c.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah
sebagai berikut:
1)
Masase payudara dan ASI diperas dengan
tangan sebelum menyusui.
2)
Kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling
dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
3)
Menyusui lebih sering dan lebih lama
pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara.
d. Pencegahan
Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara adalah sebagai
berikut:
1)
Apabila memungkinkan, susukan bayi
segera setelah lahir.
2)
Susukan bayi tanpa jadwal.
3)
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa,
bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
4)
Melakukan perawatan pascapersalinan
secara teratur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Macam-macam komplikasi
pada masa nifas antara lain Perdarahan pervagina; Infeksi pada masa nifas;
Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur; Pembengkakan di wajah dan
ekstremitas; Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara yang berubah
menjadi merah, panas, dan terasa sakit; Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama; Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki; Merasa sedih atau
tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk
masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan
dari masing-masing komplikasi yang terjadi.
B. SARAN
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi
petugas kesehatan harus melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini
menyangkut dengan kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban
bidan untuk mewujudkan program MDGs dalam bidang yang sesuai dengan
profesinya sebagai tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
www. Wikipedia.com/mastitis
Tidak ada komentar: