BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mata
merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para
ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering
disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak
faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan.1
Buta
berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu apapun yang
ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau menghitung jari
dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan buta. 2
Penyebab
terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau kekeruhan lensa
yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan
terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan. Umumnya katarak terjadi
bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Katarak memiliki
derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal,
seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135
juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita
kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan
sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan
akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya
diderita usia produktif.1
Angka
kejadian katarak 0,78% dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah
penduduk. Usia merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut
katarak senilis. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup
maka katarak senilis pun meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak
terutama katarak yang terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak
mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang
tidak dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati.2
Berdasarkan
hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul “Non Communicable Disease Katarak”.
B. Tujuan
Adapun tujuan
yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana non communicable disease
katarak.
C. Manfaat
1.
Bagi penulis
Manfaat
yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini seperti :
a. Memberikan
informasi baru untuk pengembangan pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya mengenai penyakit katarak.
b. Memberikan
pengetahuan bagaimana cara perencanaan pengendalian katarak pada masyarakat.
c. Memberikan
pengetahuan mengenai efektifitas dan efisiensi dari program pengendalian
katarak sehingga tepat sasaran serta tepat guna.
2. Bagi
instansi terkait
a. Dengan
makalah ini diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan promosi
kesehatan khususnya katarak sedini mungkin pada masyarakat.
b. Dengan
makalah ini dapat memberikan informasi bagi lintas sektor sehingga lebih
meningkatkan koordinasi untuk penanganan katarak.
c. Instansi
terkait dapat memberikan program baru yang lebih efektif serta efisien untuk
mengendalikan penyakit katarak pada masyarakat.
BAB
II
TINJAUAN
MANFAAT
A.
Sejarah
Penyakit katarak pada mata, konon sudah dilukiskan dalam sebuah
catatan pada abad ke enam sebelum masehi. Ini ditandai dengan sebuah jurnal
yang menyebutkan bila operasi katarak pada mata sudah dikembangkan oleh para
ahli bedah India, Sushruta.
Bahkan di China, penghapusan katarak dengan operasi juga telah
dilakukan. Referensi pertama untuk katarak dan pengobatan di Roma Kuno
ditemukan di 29 AD dalam buku, Medicinae De, karya Latin ensiklopedia Aulus
Cornelius Celsus seseorang berkebangsaan Romawi yang merintis langkah
pengobatan khususnya perawatan mata.
Lain halnya dengan dokter mata Irak Ammar bin Ali dari Mosul,
yang melakukan ekstraksi katarak pertama melalui hisap. Ia menemukan jarum
jarum suntik berongga logam, yang diterapkan melalui sklerotik dan diekstrak
katarak menggunakan hisap. Ia menulis tentang penemuannya dari jarum suntik dan
bagaimana ia menemukan teknik ekstraksi katarak sementara bereksperimen dengan
itu pada pasien.3
B. Pengertian
Katarak
berasal dari bahasa Yunani “cataracta” yang berarti air terjun. Katarak
adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),
denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai
retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.4
katarak
adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu.4
Klasifikasi
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan
letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear,
kortikal dan subkapsularis posterior.
a. Katarak
Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau
nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari
jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70
tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling
banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, suli menyetir
pada malam hari. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama
warna biru dan ungu. 5
b.
Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau
korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti
ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan
jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.5
c. Katarak Subkapsularis Posterior
atau kupuliformis
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa.
Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda
daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar
usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang
orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak
ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya
terang.5
Berdasarkan stadium perjalanan penyakitnya, katarak senilis
digolongkan menjadi 4 stadium: Katarak insipien, katarak imatur, katarak
matur,dan katarak hipermatur.
a. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak
seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah
jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan
posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.5
b. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal,
tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.5
Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.5
c. Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan miopia lentikular.5
d. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.5
e. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa
yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus
yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa
yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata
karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis
dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya
sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran
cairan bola mata.5
A. Patofisiologi
Patofisiologi
katarak sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami. Patogenesis dari katarak diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses
fisiologis. Dengan bertambahnya umur, lensa akan mengalami perubahan menjadi
lebih berat dan tebal sedangkan kemampuan akomodasinya berkurang. Lapisan
kortikal baru akan terus bertambah dalam pola konsentris lensa, sedangkan
nukelus sentral mengalami kompresi dan mengeras dalam proses yang disebut sklerosis nuklear. Beberapa mekanisme
berkontribusi terhadap hilangnya secara progresif transparansi dari lensa.
Epitel lensa diduga mengalami perubahan yang
berkaitan dengan usia, terutama penurunan densitas sel epitel lensa dan
diferensiasi menyimpang dari sel serat lensa. Walaupun epitel dari lensa
katarak mengalami kematian apoptosis dalam tingkat yang rendah yang tidak
menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kepadatan sel, akumulasi kehilangan
epitel dalam skala kecil dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa
dan homeostasis yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya transparansi
lensa. Selanjutnya dengan bertambahnya usia, penurunan tingkat di mana air dan metabolit dengan berat molekul rendah yang larut dalam air dapat masuk
ke dalam sel inti lensa melalui epitelium dan korteks terjadi dengan penurunan
berikutnya di tingkat transportasi air, nutrisi, dan antioksidan. Akibatnya
kerusakan oksidatif progresif lensa yang berhubungan dengan penuaan terjadi
yang selanjutnya mengarah berkembang menjadi katarak senilis.
Berbagai studi menunjukkan peningkatan produk
oksidasi misalnya glutathione teroksidasi serta penurunan vitamin antioksidan
dan enzim superoxida dismutase mempunyai peran penting dalam proses oksidatif dalam proses kataraktogenesis.6
B. Faktor Risiko7
Faktor
risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena katarak antara lain :
1. Usia
2. Diabetes
3. Sejarah
keluarga dengan katarak
4. Pernah
mengalami cidera atau radang pada mata
5. Pernah mengalami
operasi mata
6. Penggunaan
corticosteroids dalam jangka waktu lama
7. Terkena
sinar matahari secara berlebihan
8. Terkena
radiasi ion
9. Merokok
C. Diagnosis
Untuk mendiagnosis katarak dapat dilakukan
dengan :
1.
Anamnesa8
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien
dengan katarak adalah:
a.
Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan
yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.
b.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak antara lain :
1)
Penurunan ketajaman penglihatan secara
progresif
2)
Mata tidak merasa sakit, gatal atau
merah
3)
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup
film
4)
Perubahan daya lihat warna
5)
Gangguan mengendarai kendaraan malam
hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
6)
Lampu dan matahari sangat mengganggu
7)
Sering meminta ganti resep kaca mata
8)
Gejala lain juga dapat terjadi pada
kelainan mata lain
c.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang
dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya dan
penyakit metabolik lainnya memicu resiko katarak.
2.
Pemeriksaan fisik6
a.
Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung
dari 6/9 sampai PL (perception of light)
+. Visus ini merupakan salah satu penanda fase perkembangan katarak.
b.
Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan
warna lensa pada area pupil.
c.
Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini
mengindikasikan adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara
oblik, terbentuk bayangan bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa
sepenuhnya buram atau transparan, maka tidak ada bayangan bulan sabit yang
terbentuk.
a. Pemeriksaan
oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada lensa
katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah
katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan
ini juga dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil
nervus optikus dan retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak.
Apabila
funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan
refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian
mata selain lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks
cahaya langsung, refleks cahaya tidak langsung).
b. Slit-lamp examination.
Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi. Pemeriksaan ini menunjukkan
morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran, ketebalan, dan kekerasan
nukleus).
A.
Gejala8
1.
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara
lain:
a.
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi.
b.
Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
di malam hari
2.
Gejala objektif biasanya meliputi :
a.
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup.
b.
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c.
Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
3.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a.
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek.
b.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
1)
Peka terhadap sinar atau cahaya.
2)
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3)
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
4)
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5)
Kesulitan melihat pada malam hari
6)
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya
terasa menyilaukan mata.
7)
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang
hari )
4.
Gejala lainya adalah :
a.
Sering berganti kaca mata
b.
Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang
katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (
glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
c.
B. Pencegahan
Langkah yang dapat diambil
untuk mengurangi kemungkinan terkena katarak antara lain :
1.
Jangan merokok
2.
Makan makanan dengan gizi seimbang
3.
Lindungi mata anda dari pancaran sinar
matahari
4. Menjaga kesehatan tubuh secara umum7
Sebuah studi baru tentang nutrisi dan kesehatan mata menemukan, antioksidan lutein, zeaxantin,
dan vitamin E dapat membantu mencegah katarak. Studi
dilakukan terhadap lebih dari 35.000 perempuan Amerika usia setengah baya dan dipantau selama 10 tahun. Di awal studi partisipan disuruh mengisi survei tentang
susunan makanan dan
suplemen makanan yang mereka gunakan. Di akhir studi terdapat 2031
kasus baru katarak. Hasil temuan utama studi adalah, perempuan
yang mendapatkan lebih
banyak lutein, zeanxanthin, dan vitamin E berkemungkinan lebih
kecil mengembangkan katarak dibanding perempuan yang tidak
mengkonsumsi nutrien ini.4
Makanan yang kaya lutein dan zeanxanthien antara lain sayuran daun hijau seperti bayam, kale collard dan mustard green, labu kuning, pea
hijau, brokoli dan jagung. Makanan yang kaya vitamin E antara lain
minyak sayuran, almond, biji bunga matahari, sayuran daun hijau, dan
serealia yang difortifikasi. Perempuan yang mendapatkan paling
banyak lutein, zeanxanthien dari makanan dan vitamin E dari makanan
dan suplemen, kasus katarak 18% lebih rendah dibanding yang tidak
mendapatkan nutrien ini. agar banyak
mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E.4
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
1.
Pendekatan Logis
Pendekatan
logis mencapai sasaran yang diharapkan
bila dilakukan pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis
rutin dan khusus.9
1.
Pendekatan Pragmatis
a. Kaji
informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa.10
b. Tekankan
pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan
berkabut.10
c. Mendidik
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari gaya hidup
yang berisiko terkena katarak
d. Diskusikan
kemungkinan efek/interaksi antara radiasi dengan mata serta merokok dengan
penyakit katarak
e. Intervensi
dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan
penglihatan.
f. Tindakan
operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,
tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.11
g.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan
antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan
kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi.
Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata
untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan.8
2.
Pendekatan Politis
a. Advokasi
:
Berupa
lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan
informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung
jawab para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dan pemerintah daerah
mengenai masalah katarak dan dampaknya.12
b. Sosialisasi
:
Sosialisasi
program penanggulangan katarak perlu dilakukan terhadap petugas kesehatan di
Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya agar terjalin
kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan
tatalaksana kasus katarak.12
c. Bina
Suasana :
Dilakukan
melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat sebagai wahana yang
mendukung terlaksananya kegiatan di berbagai sector yang terkait dalam kegiatan
deteksi dan tatalaksana kasus katarak.12
d. Gerakan
Masyarakat :
Dilakukan
melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna memberdayakan keluarga dan
masyarakat dalam program penanggulangan katarak /deteksi dan tatalaksana kasus
katarak.12
e. Konseling/konsultasi
gizi :
Kegiatan
konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan
Rumah Sakit pada sasaran orang tua yang banyak mengalami kasus katarak.12
A.
Prioritas
Masalah
1. Masalah
Kependudukan
Faktor resiko yang memicu timbulnya
katarak salah satunya adalah gaya hidup kaitannya dengan asupan gizi, pamakaian
bahan-bahan kimia, perilaku, lingkungan yang banyak terpapar dengan cahaya
matahari serta faktor resiko lainnya. Hal ini menjadi indikasi bahwa katarak
merupakan masalah kependudukan, sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di
Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau
berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata
yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari ,
merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa
silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.13
Begitu besarnya resiko masyarakat
Indonesia untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya
pencegahan.
2. Masalah
Penyakit
Katarak
merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan
faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes),
merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul pada
usia 70 tahun. 6
Pandangan
mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun,
ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi
di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita
justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.13
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan
di dunia. Hampir 20 juta jiwa mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini
diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada tahun 2020.2 Di negara
berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di India
menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika
Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus
(<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82%
dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.6
Di Indonesia, peningkatan penduduk usia lanjut
yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat sebesar 400% akan menjadi ancaman
peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka kejadian penyakit kronis
seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan angka
kejadian tersebut.6
3. Masalah
Perilaku dan Peran Serta Masyarakat
Etiopatogenesis
dari katarak saat ini masih belum dapat dijelaskan, namun terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi/mempercepat terjadinya katarak salah satunya
faktor perilaku seperti :6
a. Penggunaan
obat tertentu, khususnya steroid
b. Tidak
menggunakan pelindung mata saat terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama.
c. Merokok,
asap rokok yang mengenai mata dapat mempengaruhi/mempercepat timbulnya katarak.
d. Kurang
menjaga kebersihan mata
e. Kebiasaan
tidak mengkonsumsi makanan cukup gizi.
Mayoritas
yang menjadi penderita katarak adalah mereka yang sudah berusia lanjut, namun
tidak menutup kemungkinan anak-anak juga terkena penyakit katarak, oleh karena
itu peran serta khususnya keluarga sangat penting guna membantu penatalaksanaan
penderita katarak dilingkungan keluarga, seperti mengontrol dan membantu
penderita katarak dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu pula peran serta
masyarakat dalam pengendalian katarak sangat diperlukan guna pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan masyarakat yang mandiri dan berpengetahuan mengenai
katarak.
4. Masalah
Pendidikan
Katarak
merupakan masalah kebutaan yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia,
sehingga penyebarluasan dan program penanganan penyakit katarak sudah banyak
dilakukan baik dari pihak pemerintah, swasta maupun lembaga-lembaga peduli
katarak, namun dalam penanganannya sangat minim mengenai informasi faktor
resiko serta penyebab katarak itu sendiri, sehingga masyarakat banyak yang
sudah mengetahui penyakit katarak namun untuk pencegahan masih sangat minim.
Berdasarkan
hal di atas perlu dilakukan pendidikan sejak dini mengenai katarak, baik dalam
lintas sekolah, sosialisasi penduduk serta pendidikan baik melalui media cetak
maupun media elektronik. Sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami
faktor resiko serta pencegahan dan penanganan katarak dalam kehidup
sehari-hari.
5. Masalah
Lingkungan
Masalah
katarak dilihat dari segi faktor lingkungan dapat dibagi dalam tiga unsur
utama, yaitu:
a. Lingkungan
fisik, seperti cuaca (sinar matahari), radiasi ion serta bahan kimia
b. Lingkungan
biologis
1) Tumbuh-tumbuhan
dan hewan : sumber makanan yang dapat mempengaruhi sumber penyakit.14
b. Lingkungan
sosial ekonomi:
1) Pekerjaan:
yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
2) Perkembangan
ekonomi: usaha koperasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Golongan ekonomi
yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibanding dengan golongan
ekonomi menengah ke atas. Gizi kurang dapat mempercepat timbulnya katarak,
akibat kekurangan gizi untuk kesehatan mata.
3) Lingkungan
keluarga yang pernah mengalami katarak hubungannya dengan genetika.
Dari
ketiga faktor ini dapat mempengaruhi/mempercepat terjadinya penyakit katarak.
6. Masalah
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
kesehatan khususnya di pedesaan masih sangat minim akan fasilitas penanganan
dan pemeriksaan terhadap katarak, sehingga penderita harus di rujuk ke tempat
yang lebih layak akan fasilitas katarak, namun tidak semua masyarakat dapat di
rujuk karena faktor ekonomi, dimana kegiatan tersebut membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, begitu pula dengan
operasi katarak yang membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Namun
sekarang banyak lembaga-lembaga yang memberikan operasi katarak secara gratis
baik dari pemerintah maupun swasta serta pundi-pundi amal dari masyarakat yang
diadakan oleh suatu organisasi untuk membantu operasi katarak.
7. Masalah
ketenagaan
Masalah
ketenagaan dipengaruhi oleh daya
jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan
kesehatan mata yang masih terbatas.15
8. Masalah
Pembiayaan
Untuk
pemeriksaan katarak serta operasi katarak membutuhkan baiaya yang tidak
sedikit, namun dengan adanya bantuan dari pihak pemerintah maupun swasta serta
pundi-pundi amal dari masyarakat melalui organisasi dapat memudahkan penderita
katarak untuk melakukan operasi katarak gratis.
C. Menentukan Proritas Masalah
Berdasarkan
uraian di atas yang menjadi prioritas masalah adalah masalah perilaku dan peran
serta masyarakat, masalah lingkungan serta masalah pendidikan masyarakat yang masih minim.
Adapun sasarannya :
1. Masyarakat
semua kelompok usia, seperti lanjut,
usia subur, menyusui, dan anak.
2. Masyarakat
yang mempunyai pendidikan yang rendah dan ekonomi rendah.
3. Unit-unit
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan seperti; posyandu, puskesmas, sekolah
dan rumah sakit.
A.
Menetapkan
Tujuan
1. Tujuan
Umum : Menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di setiap
kabupaten/kota akibat penyakit katarak.
2. Tujuan
Khusus :
a. Mengidentifikasi
besaran masalah gangguan penglihatan dan kebutaan di kabupaten/kota akibat
penyakit katarak.
b. Terlaksananya
pelayanan dalam rangka meningkatkan cakupan sesuai sasaran yang akan dituju.
c. Meningkatkan
komitmen pemda kabupaten/kota, serta stakeholder lainnya.
d. Meningkatkan
peran serta pemberdayaan masyarakat.
A.
Problem
Solving Cycle
Untuk mendapatkan bagaimana bagan Problem Solving Cycle silahkan email ke yusry_150292@yahoo.co.id
1.
Analisis Situasi
Katarak merupakan
penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa mengalami kebutaan
karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada
tahun 2020. Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul
lebih cepat. Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun
lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi
katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi berusia 75-83
tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak
dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.6
Di Indonesia,
peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat
sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya
angka kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor
terhadap peningkatan angka kejadian tersebut.6
2.
Identifikasi
masalah
Beberapa masalah yang mempengaruhi/mempercepat
timbulnya katarak adalah :
a.
Masalah
kependudukan
b.
Masalah
penyakit katarak itu sendiri
c.
Masalah
perilaku yang dapat memicu timbulnya katarak dan peran serta masyarakat dalam
menangani dan mengendalikan timbulnhya katarak.
d.
Masalah
pendidikan katarak yang masih sangat minim dan sempit
e.
Masalah
lingkungan yang menjadi faktor yang mempengaruhi timbulnya katarak.
f.
Masalah
pelayanan kesehatan yang minim fasilitas pemeriksaan mata khususnya di
pedesaan.
g.
Masalah
ketenagaan
h.
Masalah
pembiayaan.
3.
Prioritas
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang menjadi prioritas masalah adalah
masalah perilaku dan peran serta masyarakat, masalah lingkungan serta
masalah pendidikan masyarakat yang masih
minim.
4.
Tujuan
Menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan
di setiap kabupaten/kota akibat penyakit katarak.
5.
Alternatif
pemecahan masalah
Sebagai
alternatif pemecahan masalah katarak diperlukan promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan mata khususnya katarak sedini mungkin, penyediaan fasilitas kesehatan
dan layanan publik untuk memudahkan penanganan katarak serta perbaikan ekonomi
untuk memenuhi kecikupan gizi masyarakat.
6. Rencana
operasional16
Menentukan strategi yang paling cost ditanggulangi,
yang mencakup :
a. Penemuan
kasus seperti : penemuan kasus di posyandu, puskesmas keliling dan lain-lain.
b. Strategi
pelayanan seperti : Melakukan penyuluhan massal
c. Pemberdayaan
masyarakat seperti : melatih kader melakukan pemeriksaan kebutaan dari
rumah-kerumah dan lain-lain.
7. Pelaksanaan
dan Pemantauan16
Pada
prinsipnya ada 2 pokok kegiatan yaitu:
a. Pengelolaan
sumber daya
Untuk
mengelola sumber daya secara efektif dan efisien dapat mengikuti
langkah-langkah berikut:
1) Perkiraan
beban kerja, mengacu pada tujuan dan target yang diiginkan.
2) Invertarisasi
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
3) Invertarisasi
kemampuan sumber daya yang dimiliki (hasil analisisi situasi).
4) Mekanisme
pelaksanaan rencana kegiatan berdasarkan sumberdaya yang tersedia, atau
upayakan tambahan sumber daya melalui advokasi, kemitraan dengan sumber lain
yang bisa berpartisipasi dalam penanggulangan indera. Kemudian laksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana.
b. Pemantauan16
Pemantauan
dilaksanakan untuk mengetahui tercapainya/tidaknya tujuan baik kuantitas maupun
kualitas antara lain:
1) Pemantauan
: apakah setiap kegiatan dilaksanakan tepat waktu
2) Pencapaian
kegiatan : apakah setiap kegiatan dilaksanakan tepat waktu
3) Kegiatan
tindak lanjut dilaksanakan secara tepat
4) Pembuatan
dan pengiriman laporan apakah sudah tepat waktu dan akurat
5) Pemantauan
terhadap sistem informasi secara statistik, harian, migguan, bulan, atau tahunan.
6) Pemantauan
terhadap penggunaan data statistik apakah digunakan secara tepat.
8. Pengawasan
dan pengendalian16
Strategi yang telah dibuat dilakukan dilaksanakan
sesuai langkah-langkah yang ditetapkan, seperti :
a. Penemuan
kasus yang didapatkan dilapangan : apakah sudah dilaksanakan dan adapat
ditangani sesuai prosedurnya.
b. Pemberian
penyuluhan kepada masyarakat : apakah sudah ada timbal balik untuk mengurangi
penyakit tersebut.
c. Program
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan : apakah ditanggapi secara serius oleh
masyarakat, serta dapat ikut serta dalam program tersebut.
9. Evaluasi
Pada
tahap ini kita akan menilai sejauh mana hasil yang kita telah capai dengan
tujuan awal yang ingin dicapai, apakah sudah sesuai atau perlu dilakuakn
perbaikan.
B. Efektivitas
Program Penanggulangan yang telah Ada
Salah satu program penanggulangan yang telah
dilakukan untuk menanggulangi kasus katarak adalah program kerja sama Persatuan Dokter
Mata Indonesia (Perdami) dan Sidomuncul dalam rangka menanggulangi kebutaan
karena katarak di Indonenesia dalam bentuk program operasi katarak gratis untuk
12.000 pasien kurang mampu di seluruh Indonesia selama tahun 2012.15
Bakti sosial operasi katarak yang dilakukan Sidomuncul dan Perdami sejak
2011 telah dilakukan di 25 provinsi, 105 kota melalui 149 rumah sakit. Daerah
yang telah dibantu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Bali, DKI Jakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Timur.15
Program yang diadakan oleh kerja
sama Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) dan Sidomuncul
dalam rangka menanggulangi kebutaan karena katarak di Indonenesia dalam bentuk
program operasi katarak gratis ini sangat efektif untuk mengurangi atau
menanggulangi kebutaan akibat katarak khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu.
Tidak hanya kerja sama antara Perdami dan
Sidomuncul, namun masih banyak program yang dilakukan oleh organisas-organisasi
dalam bentuk operasi katarak gratis seperti bantuan kerja sama dari Divisi Infanteri 2 Kostrad, KodamV/Brawijaya, Klinik Mata Malang,
Pundi Amal SCTV, dan organisasi-organisasi peduli penderita katarak lainnya.8
C. Efisiensi
program pengendalian yang pernah ada
Program kerja sama antara Perdami dan Sidumuncul
yang disampaikan oleh dirut PT Sido Muncul Irwan Hidayat, sungguhlah rendah hati, menurutnya
sumbangan PT Sido Muncul hanyalah 12 miliar, sedangkan yang paling besar
kontribusinya adalah para dokter mata Perdami yang kalau dihitung-hitung
nilainya Rp 37,5 milyar dan setelahnya adalah biaya rumah sakit sebesar 25
Milyar.15
Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, namun dana tersebut hasil dari
sumbangan yang diberikan oleh kedua organisasi dan dari masyarakat sehingga
tidak memberatkan bagi penderita katarak yang tidak mampu dan dapat mengurangi
jumlah penderita katarak.
D. Pemecahan Masalah
1.
How
Penemuan
kasus dilapangan untuk dilakukan penanganan secara serius dengan melakukan
pemeriksaan dan memberikan pengobatan kepada penderita. Selain itu, untuk
mencegah timbulnya penyakit ini diadakannya penyuluhan kesehatan mengenai
penyakit katarak, pendidikan sedini mungkin, pengadaan operasi katarak serta
pemberdayaan masyarakat dalam mengendalikan kasus katarak.
2.
Why
Mengurangi penderita kebutaan akibat katarak, mengurangi mortalitas dan
morbiditas akibat penyakit katarak, serta mengetahui pentingnya pencegahan
penyakit katarak serta kecukupan gizi sebagai pencegahan katarak.
3.
What Now
a. Pencegahan
primer
1) Jangan merokok
2) Makan makanan dengan gizi seimbang
3) Lindungi mata anda dari pancaran sinar
matahari
4) Menjaga kesehatan tubuh secara umum
b. Pencegahan
sekunder
1) Mengenal
tanda-tanda kelainan mata secara dini,
2) Segera
melakukan pengobatan apabila mengalami tanda-tanda kelainan mata
3) Diagnosis
dini melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan diagnosis banding.
4) Melakukan
operasi katarak untuk mengobati mata secara efektif sesuai dengan saran dokter.
c. Pencegahan
tersier
Untuk
mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat
penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan.
Pencegahan
yang dilakukan untuk penderita :
A. Katarak
kongenital atau akibat turunan orang tua, bila kekeruhan lensa sudah demikian
berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk
mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya.
B. Kontrol
diabetes melitus.
C. Penghentian
obat katarogenik seperti kortikosteroid, fenotiazin, dan miotik kuat, dapat
menunda atau mencegah katarogenesis.
D. Penghentian
iradiasi (infra merah atau sinar X) dapat menunda atau mencegah pembentukan
katarak.
E. Tatalaksana
awal dan adekuat pada penyakit mata seperti uveitis dapat mencegah komplikasi
katarak.
E. Perencanaan Reduksi Penyakit Katarak
1.
Kegiatan
a.
Program kegiatan
1)
Pemeriksaan mata
2)
Penyuluhan mengenai penyakit katarak
3)
Operasi katarak gratis
4)
Pembagian sembako
b.
Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan :
1)
Deteksi dini penyakit mata khususnya
katarak
2)
Memberikan pengetahuan dan informasi
kepada msyarakat mengenai penyakit katarak.
3)
Mengurangi jumlah penderita katarak dan
beban bagi penderita katarak dengan operasi katarak gratis
4)
Pemenuhan asupan gizi masyarakat dengan
pemberian sembilan bahan pokok kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang
kurang mampu.
c.
Sasaran
Sasaran kegaiatan adalah seluruh masyarakat desa Langsung Sembuh.
d.
Anggaran
Anggaran kegiatan diperoleh dari :
1)
Persatuan dokter mata Provinsi Sembuh.
2)
Anggaran dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sembuh.
3)
Pemerintah daerah Provinsi Sembuh
4)
Kerja sama puskesmas, posyandu dan
masyarakat setempat
5)
Anggaran dari pundi-pundi amal perusahaan
atau industri yang berada di Desa Langsung Sembuh.
e.
Tempat dan Waktu
Lingkungan Puskesmas Langsung Sembuh. Pada hari senin hingga rabu tepat
pukul 07.30 hingga 17.00 Wita.
2.
Monitoring dan Evaluasi
Melakukan monitoring terhadap penderita katarak yang telah di operasi
dengan melakukan kontrol secara rutin baik di Puskesmas setempat maupun di
rumah bagi penderita yang berhalangan atau sudah lanjut usia oleh petugas
puskesmas dan dokter mata. Dan melakukan monitoring terhadap masyarakat
setempat, dimana hasil dari analisis monitoring tersebut dilakukan evaluasi
apakah program berjalan sesuai dengan waktu dan sasarannya sehingga tepat guna
dan tepat sasaran, mengevaluasi sejauh mana pencapain yang telah dilakukan
dengan melihat hasil dari prevalensi penyakit setelah program, dampak kualitas
hidup dan kepuasan pasien serta evaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak
adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.
Katarak
ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital,
traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi
melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu,
tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia
sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling
sering terjadi.
B. Saran
Karena kekeruhan
(opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak
diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.
Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan
kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat
menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap
cedera, perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis
atopik dapat mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan
penyakit sistemik ini. Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang
banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E.
Tidak ada komentar: