Selasa, 25 Maret 2014

NON COMMUNICABLE DISEASE KATARAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan.1
Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan buta. 2
Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan. Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita usia produktif.1
Angka kejadian katarak 0,78% dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak dapat dicegah, akan tetapi juga dapat diobati.2
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil judul “Non Communicable Disease Katarak”.

B.     Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana non communicable disease katarak.

C.     Manfaat
1.         Bagi penulis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini seperti :
a.       Memberikan informasi baru untuk pengembangan pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai penyakit katarak.
b.      Memberikan pengetahuan bagaimana cara perencanaan pengendalian katarak pada masyarakat.
c.       Memberikan pengetahuan mengenai efektifitas dan efisiensi dari program pengendalian katarak sehingga tepat sasaran serta tepat guna.

2.      Bagi instansi terkait
a.       Dengan makalah ini diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan promosi kesehatan khususnya katarak sedini mungkin pada masyarakat.
b.      Dengan makalah ini dapat memberikan informasi bagi lintas sektor sehingga lebih meningkatkan koordinasi untuk penanganan katarak.
c.       Instansi terkait dapat memberikan program baru yang lebih efektif serta efisien untuk mengendalikan penyakit katarak pada masyarakat.



BAB II
TINJAUAN MANFAAT

A.    Sejarah
Penyakit katarak pada mata, konon sudah dilukiskan dalam sebuah catatan pada abad ke enam sebelum masehi. Ini ditandai dengan sebuah jurnal yang menyebutkan bila operasi katarak pada mata sudah dikembangkan oleh para ahli bedah India, Sushruta.
Bahkan di China, penghapusan katarak dengan operasi juga telah dilakukan. Referensi pertama untuk katarak dan pengobatan di Roma Kuno ditemukan di 29 AD dalam buku, Medicinae De, karya Latin ensiklopedia Aulus Cornelius Celsus seseorang berkebangsaan Romawi yang merintis langkah pengobatan khususnya perawatan mata.
Lain halnya dengan dokter mata Irak Ammar bin Ali dari Mosul, yang melakukan ekstraksi katarak pertama melalui hisap. Ia menemukan jarum jarum suntik berongga logam, yang diterapkan melalui sklerotik dan diekstrak katarak menggunakan hisap. Ia menulis tentang penemuannya dari jarum suntik dan bagaimana ia menemukan teknik ekstraksi katarak sementara bereksperimen dengan itu pada pasien.3

B.     Pengertian
     Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta” yang berarti air terjun. Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.4

katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.4
Klasifikasi
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1.      Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2.      Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3.      Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior.
a.       Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, suli menyetir pada malam hari. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu. 5
b.      Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.5
c.       Katarak Subkapsularis Posterior atau kupuliformis
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.5

Berdasarkan stadium perjalanan penyakitnya, katarak senilis digolongkan menjadi 4 stadium: Katarak insipien, katarak imatur, katarak matur,dan katarak hipermatur.
a.       Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.5
b.      Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. 
Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.5
c.       Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan miopia lentikular.5
d.      Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.5
e.       Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.5

A.    Patofisiologi
     Patofisiologi katarak sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami. Patogenesis dari katarak diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Dengan bertambahnya umur, lensa akan mengalami perubahan menjadi lebih berat dan tebal sedangkan kemampuan akomodasinya berkurang. Lapisan kortikal baru akan terus bertambah dalam pola konsentris lensa, sedangkan nukelus sentral mengalami kompresi dan mengeras dalam proses yang disebut sklerosis nuklear. Beberapa mekanisme berkontribusi terhadap hilangnya secara progresif transparansi dari lensa.
Epitel lensa diduga mengalami perubahan yang berkaitan dengan usia, terutama penurunan densitas sel epitel lensa dan diferensiasi menyimpang dari sel serat lensa. Walaupun epitel dari lensa katarak mengalami kematian apoptosis dalam tingkat yang rendah yang tidak menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kepadatan sel, akumulasi kehilangan epitel dalam skala kecil dapat menyebabkan perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis yang selanjutnya dapat menyebabkan hilangnya transparansi lensa. Selanjutnya dengan bertambahnya usia, penurunan tingkat di mana air dan metabolit dengan berat molekul rendah yang larut dalam air dapat masuk ke dalam sel inti lensa melalui epitelium dan korteks terjadi dengan penurunan berikutnya di tingkat transportasi air, nutrisi, dan antioksidan. Akibatnya kerusakan oksidatif progresif lensa yang berhubungan dengan penuaan terjadi yang selanjutnya mengarah berkembang menjadi katarak senilis.
Berbagai studi menunjukkan peningkatan produk oksidasi misalnya glutathione teroksidasi serta penurunan vitamin antioksidan dan enzim superoxida dismutase mempunyai peran penting dalam proses oksidatif dalam proses kataraktogenesis.6

B.     Faktor Risiko7
Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena katarak antara lain :
1.      Usia
2.      Diabetes
3.      Sejarah keluarga dengan katarak
4.      Pernah mengalami cidera atau radang pada mata
5.      Pernah mengalami operasi mata
6.      Penggunaan corticosteroids dalam jangka waktu lama
7.      Terkena sinar matahari secara berlebihan
8.      Terkena radiasi ion
9.      Merokok



C.    Diagnosis
     Untuk mendiagnosis katarak dapat dilakukan dengan :
1.      Anamnesa8
           Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
a.       Identitas / Data demografi
     Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
b.      Riwayat penyakit sekarang
     Keluhan utama pasien katarak antara lain :
1)      Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif
2)      Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
3)      Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
4)      Perubahan daya lihat warna
5)      Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
6)      Lampu dan matahari sangat mengganggu
7)      Sering meminta ganti resep kaca mata
8)      Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
c.       Riwayat penyakit dahulu
     Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko katarak.
2.      Pemeriksaan fisik6
a.       Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung dari 6/9 sampai PL (perception of light) +. Visus ini merupakan salah satu penanda fase perkembangan katarak.
b.      Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan warna lensa pada area pupil.
c.       Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini mengindikasikan adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik, terbentuk bayangan bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau transparan, maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
a.       Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada lensa katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus dan retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata selain lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung, refleks cahaya tidak langsung).
b.      Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi. Pemeriksaan ini menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran, ketebalan, dan kekerasan nukleus).

A.    Gejala8
1.      Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a.       Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b.      Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

2.      Gejala objektif biasanya meliputi :
a.       Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b.      Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c.       Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

3.      Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a.       Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b.      Gangguan penglihatan bisa berupa:
1)      Peka terhadap sinar atau cahaya.
2)      Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3)      Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4)      Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
5)      Kesulitan melihat pada malam hari
6)      Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata.
7)      Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
4.      Gejala lainya adalah :
a.       Sering berganti kaca mata
b.      Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
c.        
B.     Pencegahan
Langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kemungkinan terkena katarak antara lain :
1.      Jangan merokok
2.      Makan makanan dengan gizi seimbang
3.      Lindungi mata anda dari pancaran sinar matahari
4.      Menjaga kesehatan tubuh secara umum7
         
Sebuah studi baru tentang nutrisi dan kesehatan mata menemukan, antioksidan  lutein, zeaxantin, dan vitamin E dapat membantu mencegah katarak. Studi dilakukan terhadap lebih dari 35.000 perempuan Amerika usia setengah baya dan  dipantau selama 10 tahun. Di awal studi partisipan disuruh mengisi survei  tentang susunan makanan dan suplemen makanan yang mereka gunakan. Di akhir  studi terdapat 2031 kasus baru katarak.  Hasil temuan utama studi adalah, perempuan yang mendapatkan lebih banyak  lutein, zeanxanthin, dan vitamin E berkemungkinan lebih kecil mengembangkan  katarak dibanding perempuan yang tidak mengkonsumsi nutrien ini.4
Makanan yang kaya lutein dan zeanxanthien antara lain sayuran daun hijau  seperti bayam, kale collard dan mustard green, labu kuning, pea hijau, brokoli  dan jagung. Makanan yang kaya vitamin E antara lain minyak sayuran, almond,  biji bunga matahari, sayuran daun hijau, dan serealia yang difortifikasi.  Perempuan yang mendapatkan paling banyak lutein, zeanxanthien dari  makanan dan vitamin E dari makanan dan suplemen, kasus katarak 18% lebih rendah dibanding yang tidak mendapatkan nutrien ini. agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E.4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Identifikasi Masalah
1.    Pendekatan Logis
Pendekatan logis  mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus.
1.      Pendekatan Pragmatis
a.       Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa.10
b.      Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berkabut.10
c.       Mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari gaya hidup yang  berisiko terkena katarak
d.      Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara radiasi dengan mata serta merokok dengan penyakit katarak
e.       Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan penglihatan.
f.       Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.11
g.      Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.8

2.      Pendekatan Politis
a.       Advokasi :
Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah katarak dan dampaknya.12
b.      Sosialisasi :
Sosialisasi program penanggulangan katarak perlu dilakukan terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus katarak.12
c.       Bina Suasana :
Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan di berbagai sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus katarak.12
d.      Gerakan Masyarakat :
Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam program penanggulangan katarak /deteksi dan tatalaksana kasus katarak.12
e.       Konseling/konsultasi gizi :
Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran orang tua yang banyak mengalami kasus katarak.12

A.    Prioritas Masalah
1.      Masalah Kependudukan
Faktor resiko yang memicu timbulnya katarak salah satunya adalah gaya hidup kaitannya dengan asupan gizi, pamakaian bahan-bahan kimia, perilaku, lingkungan yang banyak terpapar dengan cahaya matahari serta faktor resiko lainnya. Hal ini menjadi indikasi bahwa katarak merupakan masalah kependudukan, sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru  merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.13
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia  untuk menderita katarak memicu kita dalam  upaya pencegahan.
2.      Masalah Penyakit
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan perlahan. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun. 6
Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru  merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.13
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada tahun 2020.2 Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.6
Di Indonesia, peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan angka kejadian tersebut.6
3.      Masalah Perilaku dan Peran Serta Masyarakat
Etiopatogenesis dari katarak saat ini masih belum dapat dijelaskan, namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi/mempercepat terjadinya katarak salah satunya faktor perilaku seperti :6
a.       Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
b.      Tidak menggunakan pelindung mata saat terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
c.       Merokok, asap rokok yang mengenai mata dapat mempengaruhi/mempercepat timbulnya katarak.
d.      Kurang menjaga kebersihan mata
e.       Kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan cukup gizi.
Mayoritas yang menjadi penderita katarak adalah mereka yang sudah berusia lanjut, namun tidak menutup kemungkinan anak-anak juga terkena penyakit katarak, oleh karena itu peran serta khususnya keluarga sangat penting guna membantu penatalaksanaan penderita katarak dilingkungan keluarga, seperti mengontrol dan membantu penderita katarak dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu pula peran serta masyarakat dalam pengendalian katarak sangat diperlukan guna pemberdayaan masyarakat dan peningkatan masyarakat yang mandiri dan berpengetahuan mengenai katarak.

4.      Masalah Pendidikan
Katarak merupakan masalah kebutaan yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia, sehingga penyebarluasan dan program penanganan penyakit katarak sudah banyak dilakukan baik dari pihak pemerintah, swasta maupun lembaga-lembaga peduli katarak, namun dalam penanganannya sangat minim mengenai informasi faktor resiko serta penyebab katarak itu sendiri, sehingga masyarakat banyak yang sudah mengetahui penyakit katarak namun untuk pencegahan masih sangat minim.
Berdasarkan hal di atas perlu dilakukan pendidikan sejak dini mengenai katarak, baik dalam lintas sekolah, sosialisasi penduduk serta pendidikan baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami faktor resiko serta pencegahan dan penanganan katarak dalam kehidup sehari-hari.
5.      Masalah Lingkungan
Masalah katarak dilihat dari segi faktor lingkungan dapat dibagi dalam tiga unsur utama, yaitu:
a.       Lingkungan fisik, seperti cuaca (sinar matahari), radiasi ion serta bahan kimia
b.      Lingkungan biologis
1)      Tumbuh-tumbuhan dan hewan : sumber makanan yang dapat mempengaruhi sumber penyakit.14

b.      Lingkungan sosial ekonomi:
1)      Pekerjaan: yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
2)      Perkembangan ekonomi: usaha koperasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibanding dengan golongan ekonomi menengah ke atas. Gizi kurang dapat mempercepat timbulnya katarak, akibat kekurangan gizi untuk kesehatan mata.
3)      Lingkungan keluarga yang pernah mengalami katarak hubungannya dengan genetika.
Dari ketiga faktor ini dapat mempengaruhi/mempercepat terjadinya penyakit katarak.
6.      Masalah Pelayanan  Kesehatan
Pelayanan kesehatan khususnya di pedesaan masih sangat minim akan fasilitas penanganan dan pemeriksaan terhadap katarak, sehingga penderita harus di rujuk ke tempat yang lebih layak akan fasilitas katarak, namun tidak semua masyarakat dapat di rujuk karena faktor ekonomi, dimana kegiatan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit, begitu pula dengan  operasi katarak yang membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Namun sekarang banyak lembaga-lembaga yang memberikan operasi katarak secara gratis baik dari pemerintah maupun swasta serta pundi-pundi amal dari masyarakat yang diadakan oleh suatu organisasi untuk membantu operasi katarak.

7.      Masalah ketenagaan
Masalah ketenagaan dipengaruhi oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan mata yang masih terbatas.15
8.      Masalah Pembiayaan
Untuk pemeriksaan katarak serta operasi katarak membutuhkan baiaya yang tidak sedikit, namun dengan adanya bantuan dari pihak pemerintah maupun swasta serta pundi-pundi amal dari masyarakat melalui organisasi dapat memudahkan penderita katarak untuk melakukan operasi katarak gratis.

C.  Menentukan Proritas Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi prioritas masalah adalah masalah perilaku dan peran serta masyarakat, masalah lingkungan serta masalah  pendidikan masyarakat yang masih minim. Adapun sasarannya :
1.      Masyarakat semua kelompok usia, seperti  lanjut, usia subur, menyusui, dan anak.
2.      Masyarakat yang mempunyai pendidikan yang rendah dan ekonomi rendah.
3.      Unit-unit yang dapat memberikan pelayanan kesehatan seperti; posyandu, puskesmas, sekolah dan rumah sakit.


A.    Menetapkan Tujuan
1.      Tujuan Umum : Menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di setiap kabupaten/kota akibat penyakit katarak.
2.      Tujuan Khusus :
a.       Mengidentifikasi besaran masalah gangguan penglihatan dan kebutaan di kabupaten/kota akibat penyakit katarak.
b.      Terlaksananya pelayanan dalam rangka meningkatkan cakupan sesuai sasaran yang akan dituju.
c.       Meningkatkan komitmen pemda kabupaten/kota, serta stakeholder lainnya.
d.      Meningkatkan peran serta pemberdayaan masyarakat.
A.    Problem Solving Cycle
Untuk mendapatkan bagaimana bagan Problem Solving Cycle silahkan email ke yusry_150292@yahoo.co.id
1.      Analisis Situasi
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa pada tahun 2020. Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat. Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus (<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 1:8.6
Di Indonesia, peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan angka kejadian tersebut.6
2.      Identifikasi masalah
Beberapa masalah yang mempengaruhi/mempercepat timbulnya katarak adalah :
a.       Masalah kependudukan
b.      Masalah penyakit katarak itu sendiri
c.       Masalah perilaku yang dapat memicu timbulnya katarak dan peran serta masyarakat dalam menangani dan mengendalikan timbulnhya katarak.
d.      Masalah pendidikan katarak yang masih sangat minim dan sempit
e.       Masalah lingkungan yang menjadi faktor yang mempengaruhi timbulnya katarak.
f.       Masalah pelayanan kesehatan yang minim fasilitas pemeriksaan mata khususnya di pedesaan.
g.      Masalah ketenagaan
h.      Masalah pembiayaan.
3.      Prioritas Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang menjadi prioritas masalah adalah masalah perilaku dan peran serta masyarakat, masalah lingkungan serta masalah  pendidikan masyarakat yang masih minim.
4.      Tujuan
Menurunkan angka gangguan penglihatan dan kebutaan di setiap kabupaten/kota akibat penyakit katarak.
5.      Alternatif pemecahan masalah
Sebagai alternatif pemecahan masalah katarak diperlukan promosi kesehatan, pendidikan kesehatan mata khususnya katarak sedini mungkin, penyediaan fasilitas kesehatan dan layanan publik untuk memudahkan penanganan katarak serta perbaikan ekonomi untuk memenuhi kecikupan gizi masyarakat.




6.      Rencana operasional16
Menentukan strategi yang paling cost ditanggulangi, yang mencakup :
a.       Penemuan kasus seperti : penemuan kasus di posyandu, puskesmas keliling dan lain-lain.
b.      Strategi pelayanan seperti : Melakukan penyuluhan massal
c.       Pemberdayaan masyarakat seperti : melatih kader melakukan pemeriksaan kebutaan dari rumah-kerumah dan lain-lain.
7.      Pelaksanaan dan Pemantauan16
Pada prinsipnya ada 2 pokok kegiatan yaitu:
a.       Pengelolaan sumber daya
Untuk mengelola sumber daya secara efektif dan efisien dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1)      Perkiraan beban kerja, mengacu pada tujuan dan target yang diiginkan.
2)      Invertarisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
3)      Invertarisasi kemampuan sumber daya yang dimiliki (hasil analisisi situasi).
4)      Mekanisme pelaksanaan rencana kegiatan berdasarkan sumberdaya yang tersedia, atau upayakan tambahan sumber daya melalui advokasi, kemitraan dengan sumber lain yang bisa berpartisipasi dalam penanggulangan indera. Kemudian laksanakan kegiatan sesuai dengan rencana.
b.      Pemantauan16
Pemantauan dilaksanakan untuk mengetahui tercapainya/tidaknya tujuan baik kuantitas maupun kualitas antara lain:
1)      Pemantauan : apakah setiap kegiatan dilaksanakan tepat waktu
2)      Pencapaian kegiatan : apakah setiap kegiatan dilaksanakan tepat waktu
3)      Kegiatan tindak lanjut dilaksanakan secara tepat
4)      Pembuatan dan pengiriman laporan apakah sudah tepat waktu dan akurat
5)      Pemantauan terhadap sistem informasi secara statistik, harian, migguan, bulan, atau tahunan.
6)      Pemantauan terhadap penggunaan data statistik apakah digunakan secara tepat.
8.      Pengawasan dan pengendalian16
Strategi yang telah dibuat dilakukan dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang ditetapkan, seperti :
a.       Penemuan kasus yang didapatkan dilapangan : apakah sudah dilaksanakan dan adapat ditangani sesuai prosedurnya.
b.      Pemberian penyuluhan kepada masyarakat : apakah sudah ada timbal balik untuk mengurangi penyakit tersebut.
c.       Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan : apakah ditanggapi secara serius oleh masyarakat, serta dapat ikut serta dalam program tersebut.
9.      Evaluasi
Pada tahap ini kita akan menilai sejauh mana hasil yang kita telah capai dengan tujuan awal yang ingin dicapai, apakah sudah sesuai atau perlu dilakuakn perbaikan.

B.     Efektivitas Program Penanggulangan yang telah Ada
Salah satu program penanggulangan yang telah dilakukan untuk menanggulangi kasus katarak adalah program kerja sama  Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) dan Sidomuncul dalam rangka menanggulangi kebutaan karena katarak di Indonenesia dalam bentuk program operasi katarak gratis untuk 12.000 pasien kurang mampu di seluruh Indonesia selama tahun 2012.15
Bakti sosial operasi katarak yang dilakukan Sidomuncul dan Perdami sejak 2011 telah dilakukan di 25 provinsi, 105 kota melalui 149 rumah sakit. Daerah yang telah dibantu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, DKI Jakarta, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.15
Program yang diadakan oleh kerja sama  Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) dan Sidomuncul dalam rangka menanggulangi kebutaan karena katarak di Indonenesia dalam bentuk program operasi katarak gratis ini sangat efektif untuk mengurangi atau menanggulangi kebutaan akibat katarak khususnya bagi masyarakat yang tidak mampu.
Tidak hanya kerja sama antara Perdami dan Sidomuncul, namun masih banyak program yang dilakukan oleh organisas-organisasi dalam bentuk operasi katarak gratis seperti bantuan kerja sama dari Divisi Infanteri 2 Kostrad, KodamV/Brawijaya, Klinik Mata Malang, Pundi Amal SCTV, dan organisasi-organisasi peduli penderita katarak lainnya.8

C.    Efisiensi program pengendalian yang pernah ada
Program kerja sama antara Perdami dan Sidumuncul yang disampaikan oleh  dirut PT Sido Muncul Irwan Hidayat, sungguhlah rendah hati, menurutnya sumbangan PT Sido Muncul hanyalah 12 miliar, sedangkan yang paling besar kontribusinya adalah para dokter mata Perdami yang kalau dihitung-hitung nilainya Rp 37,5 milyar dan setelahnya adalah biaya rumah sakit sebesar 25 Milyar.15
Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, namun dana tersebut hasil dari sumbangan yang diberikan oleh kedua organisasi dan dari masyarakat sehingga tidak memberatkan bagi penderita katarak yang tidak mampu dan dapat mengurangi jumlah penderita katarak.

D.    Pemecahan Masalah
1.      How
Penemuan kasus dilapangan untuk dilakukan penanganan secara serius dengan melakukan pemeriksaan dan memberikan pengobatan kepada penderita. Selain itu, untuk mencegah timbulnya penyakit ini diadakannya penyuluhan kesehatan mengenai penyakit katarak, pendidikan sedini mungkin, pengadaan operasi katarak serta pemberdayaan masyarakat dalam mengendalikan kasus katarak.
2.      Why
Mengurangi penderita kebutaan akibat katarak, mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat penyakit katarak, serta mengetahui pentingnya pencegahan penyakit katarak serta kecukupan gizi sebagai pencegahan katarak.
3.      What Now
a.       Pencegahan primer
1)      Jangan merokok
2)      Makan makanan dengan gizi seimbang
3)      Lindungi mata anda dari pancaran sinar matahari
4)      Menjaga kesehatan tubuh secara umum
b.      Pencegahan sekunder
1)      Mengenal tanda-tanda kelainan mata secara dini,
2)      Segera melakukan pengobatan apabila mengalami tanda-tanda kelainan mata
3)      Diagnosis dini melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan diagnosis banding.
4)      Melakukan operasi katarak untuk mengobati mata secara efektif sesuai dengan saran dokter.
c.       Pencegahan tersier
Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan.
Pencegahan yang dilakukan untuk penderita :
A.    Katarak kongenital atau akibat turunan orang tua, bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan secepatnya.
B.     Kontrol diabetes melitus.
C.     Penghentian obat katarogenik seperti kortikosteroid, fenotiazin, dan miotik kuat, dapat menunda atau mencegah katarogenesis.
D.    Penghentian iradiasi (infra merah atau sinar X) dapat menunda atau mencegah pembentukan katarak.
E.     Tatalaksana awal dan adekuat pada penyakit mata seperti uveitis dapat mencegah komplikasi katarak.



E.     Perencanaan Reduksi Penyakit Katarak
1.      Kegiatan
a.       Program kegiatan
1)      Pemeriksaan mata
2)      Penyuluhan mengenai penyakit katarak
3)      Operasi katarak gratis
4)      Pembagian sembako
b.      Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan :
1)      Deteksi dini penyakit mata khususnya katarak
2)      Memberikan pengetahuan dan informasi kepada msyarakat mengenai penyakit katarak.
3)      Mengurangi jumlah penderita katarak dan beban bagi penderita katarak dengan operasi katarak gratis
4)      Pemenuhan asupan gizi masyarakat dengan pemberian sembilan bahan pokok kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu.
c.       Sasaran
Sasaran kegaiatan adalah seluruh masyarakat desa Langsung Sembuh.
d.      Anggaran
Anggaran kegiatan diperoleh dari :
1)      Persatuan dokter mata Provinsi Sembuh.
2)      Anggaran dari Dinas Kesehatan Provinsi Sembuh.
3)      Pemerintah daerah Provinsi Sembuh
4)      Kerja sama puskesmas, posyandu dan masyarakat setempat
5)      Anggaran dari pundi-pundi amal perusahaan atau industri yang berada di Desa Langsung Sembuh.
e.       Tempat dan Waktu
Lingkungan Puskesmas Langsung Sembuh. Pada hari senin hingga rabu tepat pukul 07.30 hingga 17.00 Wita.
2.      Monitoring dan Evaluasi
Melakukan monitoring terhadap penderita katarak yang telah di operasi dengan melakukan kontrol secara rutin baik di Puskesmas setempat maupun di rumah bagi penderita yang berhalangan atau sudah lanjut usia oleh petugas puskesmas dan dokter mata. Dan melakukan monitoring terhadap masyarakat setempat, dimana hasil dari analisis monitoring tersebut dilakukan evaluasi apakah program berjalan sesuai dengan waktu dan sasarannya sehingga tepat guna dan tepat sasaran, mengevaluasi sejauh mana pencapain yang telah dilakukan dengan melihat hasil dari prevalensi penyakit setelah program, dampak kualitas hidup dan kepuasan pasien serta evaluasi

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.

B.     Saran
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi. Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera, perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini. Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit.C ,vit.A dan vit E.
 


Poskan komentar dengan
Poskan komentar dengan

Tidak ada komentar: