PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekarang ini
banyak sekali bahan kimia dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia
lebih efektif dan efisien. Bahan kimia itu sendiri banyak digunakan dalam
industri, baik industri non pangan maupun industri pangan. Besarnya manfaat
bahan kimia tersebut, ternyata mengakibatkan mereka salah menempatkan fungsi
bahan kimia itu sendiri, bahan kimia yang seharusnya untuk industri non pangan,
malah dipergunakan dalam pembuatan makanan sehingga akan berdampak fatal. Salah
satu bahan kima yang disalahgunakan penggunaannya adalah boraks.
Penggunaan
boraks untuk mengawetkan makanan memang sudah lama terjadi. Walaupun sudah
dilakukan inspeksi ke lapangan, bahkan sampai dikeluarkan peraturan mengenai
dilarangnya penggunaan bahan tersebut, tetapi sampai saat ini masih banyak yang
melakukannya. Umumnya bahan tersebut digunakan oleh industri rumahan, karena
mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi industri besar melakuknnya. Mereka mau
melakukannya dengan alasan bahan tesebut mudah digunakan dan harganya relatif
lebih murah daripada pengawet makanan, sehingga mereka mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya.
Berdasarkan
data dari BPOM di 5 provinsi pada tahun 1999-2001 menunjukkan bahwa penggunaan
bahan tambahan yang berbahaya untuk kesehatan yang terdapat di produk pangan
yaitu sekitar 89,8% yang terdiri dari 35,6% pengunaan boraks dan 41,2%
pengunaan formalin, 10,4% penggunaan pewarna rodamin B dan 1,9% penggunaan
pewarna amaran.
Data
nasional yang dirangkum BPOM menjelaskan bahwa industri jasa boga dan produk
makanan rumah tangga memberikan konstribusi yang paling besar (31%)
dibandingkan dengan pangan olahan (20%), jajanan (13%) dan lain-lain (5%).
Data dari
Badan POM tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan dari tahun
2001-2006 menunjukkan peningkatan baik dari jumlah kejadian maupun jumlah
korban yang sakit dan meninggal. Walaupun demikian, korban meninggal ditengarai
hanya 1% saja sesuai dengan perkiraan
WHO.
Fenomena
ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki.
Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya menumpuk di
masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan
mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi
hal yang sangat penting.
PEMBAHASAN
A.
Transisi Epidemiologi
Trend
penggunaan Boraks menjadi pola hidup produsen dan konsumen baik secara sengaja
maupun tidak secara sengaja, serta di dukung dengan pola makan masyarakat jaman
sekarang yang serba instan, serta pengaruh tingginya ilmu teknologi
mengakibatkan keadaan dimana terjadi
perubahan dari mortalitas dan morbiditas yang dulunya lebih disebabkan oleh
penyakit infeksi (Infectius Desease) atau penyakit menular (Communicable
Desease) sekarang lebih sering disebabkan oleh penyakit yang sifatnya kronis
atau tidak menular (Non Communicable Desaese) dan penyakit-penyakit degeneratif.
Pemasukan boraks terus-menerus ke
dalam tubuh jelas akan disimpan dalam
ginjal. Timbunan boraks ini dapat mempengaruhi sel-sel saraf otak hingga dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit yang sifatnya kronis.
B.
Trend Current Issue Penggunaan Boraks
Saat ini kebutuhan dan keinginan manusia
yang tidak ada batasnya mengakibatkan manusia melakukan berbagai cara untuk
mendapatkan money atau uang. Ada yang berusaha dengan kerja halal ada juga yang
berusaha dengan cara curang. Penggunaan Boraks pada bahan pangan saat ini
menjadi trend bagi masyarakat sebab penggunaan boraks yang mudah di dapatkan
dan relatif murah menghasilkan keuntungan yang besar bagi mereka.
Pada
umumnya, alasan para produsen menggunakan boraks sebagai bahan pengawet makanan
adalah karena boraks mudah digunakan dan didapat, harganya relatif murah
dibandingkan bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan.
Selain itu, boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan
sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Beberapa contoh makanan yang dalam
pembuatannya sering menggunakan boraks adalah;
a. Bakso
b. Kerupuk
c. Ikan
d. Tahu
e. Mie
f. Daging ayam
Boraks
dalam jumlah tertentu mengakibatkan rasa pening, mual, muntah-muntah dan demam.
Tentu saja, gejala yang hebat dan cepat itu baru terjadi bila boraks tertelan
dalam jumlah banyak, dalam beberapa butir bakso saja. Kalau jumlahnya hanya
sedikit sekali, gejala keracunan itu tidak seberapa.
Namun,
pemasukan boraks terus-menerus ke dalam tubuh
jelas akan disimpan dalam ginjal. Timbunan boraks ini dapat mempengaruhi
sel-sel saraf otak. Boraks tidak hanya mengancam kita lewat bakso produsen
nakal saja, tetapi juga melalui produk lainnya.
Trend
penggunaan boraks ini tentu saja mengancam seluruh masyarakat, ironisnya
penggunaan boraks sebagai komponen makanan sudah meluas di Indonesia, sehingga trend
penggunaan boraks ini memiliki nilai problematika yang tinggi.
C.
Penggunaan Boraks
1.
Deskripsi
Boraks
adalah bahan yang meningkat populer. Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu,
dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih,tidak berbau, mudah larut
dalam air. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptik kayu. Daya pengawet yang
kuat dari boraks berasal dari kanduangan asam borat didalamnya.
Boraks sejak lama telah digunakan
masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk, lempeng. Disamping itu boraks
digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat,
bakso, bahkan dalam pembuatan kecap.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan
tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya tertimbun sedikit demi
sedikit dalam organ hati, otak, dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta
sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya mengganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi.
Asam boraks
sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam
borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil.
Namun bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena
beracun ketika terserapmasuk dalam tubuh.
Berikut
beberapa pengaruh boraks pada kesehatan, yaitu;
a.
Muntah-muntah
b.
Diare
c.
Konvulsi
d.
Depresi
e.
Nafsu
makan menurun
f.
Gangguan
pencernaan
g.
Anemia
Boraks
akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya,
tetapi boraks tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan
tersebut sangat berbahaya. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan boraks dan
tidak memperhitungkan bahayanya.
Meskipun demikian tujuan pencampuran boraks tidak
secara sengaja untuk mencelakai konsumennya dan semata-mata hanya untuk tujuan
bisnis. Tentunya hal ini tidak dapat menjadi pembenaran dan harus dihindari
semaksimal mungkin karena dampak jangka panjang konsumsi boraks ini berbahaya
bagi makhluk hidup.
D.
Faktor Determinan
1. Penyebab
Penyebab
trend penggunaan boraks diantaranya :
a. Pengaruh
modernisasi
Akibat
modernisasi dari tahun ke tahun meningkatkan perubahan tata nilai kehidupan
masyarakat untuk bisa selalu mengikuti trend masa kini, faktor perubahan
tersebut berkaitan dengan kebutuhan uang untuk dapat memenuhi hal tersebut,
sehingga perbuatan curang dalam usaha memperoleh uang tersebut menjadi jalan
yang banyak ditempuh oleh sebagian masyarakat.
b. Pengaruh
Informasi
Informasi
yang sekarang mulai mudah untuk diakses oleh semua kalangan masyarakat
mengakibatkan mudahnya informasi-informasi sampai ke masyarakat, seperti halnya
penggunaan boraks yang didapatkan dari informasi satu masyarakat ke masyarakat
lain.
c. Pengaruh
Industrialisasi
Peningkatan
nilai jual dan nilai beli masyarakat terhadap suatu produk makanan
mengakibatkan sebagian industri pembuatan makanan menggunakan boraks sebab
penggunaannya yang mudah dan relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan
pengawet makanan lainnya.
d. Legalitas
Pemerintah
telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi
oleh UU kesehatan dan Keselamatan Nasional, batasnya hanya 1 gram per 1
kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipenjara 12 tahun bila
menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan.
Hal tersebut di atas berpengaruh
terhadap pola hidup masyarakat, misalnya poal hidup sosial berubah matrealistis
dan sekuler, pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah.
1. Sumber
Sumber
sumber paparan konsumen terhadap boraks terdapat pada makanan, jajanan
anak-anak sekolah, obat, suplemen makanan, obat dan berbagai produk yang
mengandung boraks.
2. Faktor resiko
Faktor
resiko akibat trend penggunaan boraks adalah (1) Penjual bahan kimia (2)
pedagang makanan pengguna boraks (penjual bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dll)
(3) anak-anak sekolah, dll.
3. Penanganan/pemberantasan
Penanganan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya
khususnya boraks telah dilakukan dengan melakukan uji laboratorium terhadap
bahan pangan yang beredar di masyarakat. Bukan hanya itu terdapat Landasan
Hukum yang berlaku seputar Perlindungan Konsumen dalam Penyalahgunaan Zat
Berbahaya dan Produk Pangan, Undang-undang mengenai perlindungan konsumen
diatur dalam Undang-undang RI nomor 8 tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen
dan hukuman bagi para oknum penyalahgunaan zat berbahaya dalam produk pangan di
Indonesia.
4. Methode baru penanganan
Metode baru dalam
penanganan trend penggunaan boraks adalah iklan layanan masyarakat yang
mengajak atau mendorong konsumen untuk lebih bijak dalam menentukan pilihan,
artinya konsumen harus memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang barang dan
ketentuannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa kesadaran konsumen jauh
dari yang diharapkan. Termasuk diantaranya keharusan lebih bijak memilih pangan
dan lebih jelih dalam menentukan pilihan mana yang sebaiknya di konsumsi sebab Boraks adalah bahan kimia yang
berbahaya dan tidak boleh dijadikan sebagai bahan pengawet makanan, makanan
yang mengandung boraks dapat menyebabkan penyakit.
B. Saran
1.
Dalam
hal ini diperlukan sosialisasi kepada masyarakat secara terus menerus. Salah
satu media yang diperlukan adalah iklan layanan masyarakatyang mengajak atau
mendorong konsumen untuk lebih bijak dalam menentukan pilihan, artinya konsumen
harus memiliki kesadaran
dan pengetahuan tentang barang dan ketentuannya.
2.
Alangkah baiknya pemerintah sebagai badan yang melakukan pengawasan
terhadap penyebaran dan pemasaran barang.
3.
Untuk mencegah penyalahgunaan boraks yang banyak digunakan pada usaha
jasa boga dan makanan jajanan, instansi yang berwenang di tingkat daerah perlu
terus melakukan pembinaan serta pengawasan yang intensif. Perlu penyusunan
program dan kegiatan berkaitan dengan keamanan pangan oelh dinas yang berwenang
di daerah, termasuk program penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan usaha
jasa boga.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis-dan-contoh-pangan-yang-menggunakan-boraks
http://id.wikipedia.org/wiki/Akibat-penggunaan-boraks
http://id.wikipedia.org/wiki/Dampak-boraks
http:/hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/pengertian-pangan
Tidak ada komentar: