Sabtu, 26 Oktober 2013

Diagnosis Epidemiologi Perilaku

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku. Namun perilaku berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang lain.
Perilaku manusiamerupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Menurut H.L.Blum perilaku memiliki kontribusi besar dalam menentukan status kesehatan individu maupun masyarakat.
Epidemiologi merupakan sains yang mempelajari determinan pada populasi manusia. Determinan adalah istilah inklusif yang merujuk kepada semua faktor, baik fisik, biologis, perilaku, sosial, maupun kultural yang mempengaruhi kesehatan dan terjadinya penyakit. Konsep determinan kesehatan mencakup faktor risiko dan kausa.setiap aktivitas epidemiologi selalu melihat faktor risiko yang mana salah satunya adalah perilaku yang berhubungan dengan orang, waktu dan tempat.
Hal inilah yang melatar belakangi penyusunan makalah ini, dimana dalam makalah ini akan di deskripsikan mengani diagnosis epidemiologi perilaku.

B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah bagaimana deskripsi mengenai diagnosis epidemiologi perilaku.

C.     Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui mengenai deskripsi diagnosis epidemiologi perilaku.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi perilaku
Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 

B.     Pembentukan perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu :
1)      Kebutuhan fisiologis, biologis yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak napas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi.
2)      Kebutuhan rasa aman, misalnya :
a)      Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain.
b)      Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dll.
c)      Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit. Rasa aman memperoleh perlindungan hukum
3)      Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :
a)      Mendambakan kasih sayang/ cinta kasih orang lain baik dari orangtua, saudara, teman, kekasih,dll.
b)       Ingin dicintai/ mencintai orang lain.
c)       Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
4)      Kebutuhan harga diri
a)      Ingin dihargai dan menghargai orang lain.
b)      Adanya respek atau perhatian dari orang lain.
c)       Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
5)      Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :
a)       Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain.
b)      Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita.
c)      Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,kekayaan, dll.
Tingkatkan dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian walaupun pada hakekatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia dan dalam memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain. 

C.     Defenisi diagnosis epidemiologi perilaku
Diagnosis adalah identifikasi/menetukan sesuatu.
Diagnosis epidemiologi perilaku adalah Menentukan suatu keadaan masyarakat yg diakibatkan oleh masalah kesehatan & non kesehatan yg berasal dari perilaku maupun non perilaku.

D.    Tujuan diagnosis epidemiologi perilaku
1.      Mengamati hubungan perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan yang terjadi
2.      Mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan
3.      Menentukan prioritas terhadap faktor-faktor perilaku yang dapat diubah untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan
4.      Menentukan target intervensi atau sasaran dengan mengidentifikasi masyarakat mana yang memiliki perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang telah diidentifikasi di fase diagnosis epidemiologi.
5.      Membantu perencana untuk mengembangkan intervensi yang spesifik dan efektif sehingga sesuai dengan tujuan program dan sasaran.

E.     Teori Diagnosis perilaku
Teori yang digunakan dalam diagnosis perilaku adalah teori PRECEDE. Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak 1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni :
1)      Faktor perilaku (behavior causes)
2)      Faktor diluar perilaku (non-behavior causes)
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE : Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and evaluation. Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede merupakan fase diagnosis masalah.
Precede dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
a.       Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b.      Faktor-fakor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarrana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya.
c.       Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

F.      Tahap-tahap diagnosis perilaku
     1.      Membedakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh faktor perilaku dan non perilaku.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendaftar faktor – faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penyakit tertentu.
Contoh : penyakit cardiovaskular
Penyebab :       merokok                                  alkoholic
                        Jenis kelamin                           usia
                        Asupan tinggi asam lemak      keturunan
Faktor perilaku : merokok, alkoholik, asupan tinggi lemak.
Faktor non perilaku : jenis kelamin, usia, keturunan.

    2.      Mengembangkan faktor perilaku yang telah tersedia.
Setelah diketahui faktor-faktor perilaku dari suatu masalah kesehatan, kemudian pilih faktor mana saja yang paling berpengaruh. Ada dua cara untuk memilihnya, yaitu :
a.       Identifikasi apakah ada hubungan antara faktor tersebut dengan upaya pencegahan masalah kesehatan dan keadaannya jika mengambil keputusan tertentu.
b.      Identifikasi prosedur treatment dari masalah kesehatan. Metode rekomendasi apa saja yang diberikan pada penderita? Upaya pencegahan ataukah penyembuhan? Berbeda perilaku akan berbeda langkahnya.
Hal yang perlu diingat pada tahap kedua ini adalah untuk menghasilkan daftar perilaku untuk mencegah dan mengobati faktor perilaku pada daftar penyebab.

Upaya pencegahan :
a.       Memelihara atau menurunkan berat badan hingga mecapai berat yang dianjurkan
b.      Berhenti merokok atau jangan mulai merokok
c.       Berhenti minum minuman keras atau jangan pernah meminumnya

Upaya penyembuhan :
a.       Menginformasikan keputusan mengenai pengobatan, pembedahan, dan seterusnya.
b.      Mengikuti resep pengobatan
c.       Memelihara atau menurunkan berat badan hingga mecapai berat yang dianjurkan
d.      Berhenti merokok
e.       Berhenti minum minuman keras
  
     3.      Tingkatan perilaku dalam terminologi kepentingan
Tahap ini berguna untuk menyempitkan fokus pada daftar penyebab masalah kesehatan.

Penting                                                dasar untuk me-rating perilaku
 

Merokok                                              kelompok sangat kuat, insiden tinggi
Asupan tinggi lemak                           kelompok kuat, insiden tinggi

Tidak (kurang) penting                       dasar untuk me-rating perilaku
Ketidaksamaan pengambilan              program : pencegahan primer
keputusan tentang masalah pengobatan
 

         4.      Tingkatan perilaku dalam terminologi perubahan.
Langkah berikutnya dalam diagnosis perilaku adalah me-rating perilaku dalam aspek kemampuan untuk berubah. Bagaimana perubahan itu dinyatakan sebagai perilaku yang dipilih. Sebuah tingkah laku mungkin merupakan hal yang sangat penting dalam masalah kesehatan. Faktor yang sangat mengakar dan berpengaruh adalah masalah waktu. Lagi, terdapat pedoman yang dapat membantu seorang perencana memastikan kemungkinan untuk berubah. Kemampuan perubahan yang tinggi dapat terjadi ketika perilaku :
1)      Masih berada dalam tahapan pengembangan atau hanya sesuatu yang telah terjadi
2)      hanya bagian luar terikat terhadap budaya atau gaya hidup yang ada sebelumnya
3)      kemampuan berubah ketika mereka
a.       telah lama terbentuk
b.      telah lama menjadi dasar dari budaya atau gaya hidup
c.       telah berubah pada masa yang telah lalu
Pedoman ini memberikan sebuah akibat yang intervensi awalnya berpengaruh pada perubahan dan perkembangan dari subjek, dan yang terbesar adalah kemungkinan kemungkinan untuk berubah.

5.      Memilih target perilaku
Dengan mendapatkan nilai-nilai diatas maka dapat dipilih fokus perubahan perilakunya.
Dibawah ini merupakan matriks perilaku kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diagnosis epidemiologi perilaku adalah Menentukan suatu keadaan masyarakat yg diakibatkan oleh masalah kesehatan & non kesehatan yg berasal dari perilaku maupun non perilaku.
Tujuan diagnosis perilaku adalah :
1.      Mengamati hubungan perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan yang terjadi
2.      Mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan
3.      Menentukan prioritas terhadap faktor-faktor perilaku yang dapat diubah untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan
4.      Menentukan target intervensi atau sasaran dengan mengidentifikasi masyarakat mana yang memiliki perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang telah diidentifikasi di fase diagnosis epidemiologi.
5.      Membantu perencana untuk mengembangkan intervensi yang spesifik dan efektif sehingga sesuai dengan tujuan program dan sasaran.
            Teori yang digunakan dalam diagnosis perilaku adalah teori PRECEDE (Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and evaluation). Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak 1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni :
1)      Faktor perilaku (behavior causes)
2)      Faktor diluar perilaku (non-behavior causes)

B.     Saran
Untuk meraih derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya kita harus menjaga kesehatan melalui perbaikan perilaku dengan mengubah perilaku yang dapat menimbulkan penyakit dan menjaga perilaku bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis. Akses id.wikipedia.org

Febriana, Alfi. 2011. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan. Akses https://www.scribd.com

Kichida, Ndi. 2011. Contoh Makalah Epidemiologi. Akses http://ndikichida.blogspot.com/2011/11/contoh-makalah-epidemiologi.html

Latif, Fachri. 2013.  Epidemiologi Perilaku . Akses https://www.scribd.com
Poskan komentar dengan
Poskan komentar dengan

Tidak ada komentar: