NAMA :
YUSRIANI
NIM :
210240032
EPIDEMIOLOGI
PERAN
EPIDEMIOLOGI PERILAKU
TERHADAP
PENYAKIT OBESITAS
Pengertian
:
Obesitas adalah kelebihan
berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Identifikasi faktor perilaku :
Secara ilmiah,
obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab
terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori.
Bukan hanya fator genetika dan psikis, tapi perilaku juga menjadi faktor utama
terjadinya obesitas. Perilaku/pola gaya hidup
(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya,
tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
Data yang
berkaitan dengan faktor resiko obesitas :
Di Indonesia, penelitian
epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah koja, Jakarta Utara,
pada tahun 1982, mendapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2 %, di daerah kayu
putih, Jakarta Pusat 10 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1992, prevalensi
obesitas sudah mencapai 17,1 % dimana laki-laki 10,9 % dan perempuan 24,1 %.
Penanganan dan penanggulangan :
Obesitas merupakan hasil dari proses yang berjalan
menahun, sehingga penanganannya tidak akan efektif bila hanya dalam waktu
singkat. Penurunan berat badan sampai 1 kg per minggu sudah cukup sebagai
parameter keber-hasilan penurunan berat badan. Kita harus mewaspadai adanya
sindroma Yoyo, yaitu penurunan berat badan yang berlebihan akan menyebabkan
defisit energi mendadak dan akan berisiko naiknya kembali berat badan.
Penurunan berat badan bersifat
individual, tergantung pada umur, berat badan awal dan adanya usaha penurunan
berat badan sebelumnya serta ada tidaknya penyakit penyerta. Sasaran penurunan berat badan
yang realistik adalah 5-10% dari berat badan awal dalam kurun waktu 6-12 bulan.
Garis besar penanganan obesitas terdiri dari intervensi diet, aktivitas fisik,
perubahan perilaku, Farmakoterapi dan Intervensi bedah.
1. Penanganan secara
Psikologis
Jangan
berkecil hati dan mengucilkan diri dari pergaulan itu kunci utamanya. Obesitas
pada remaja adalah sebuah masalah yang harus ditangani bukan disembunyikan.
Kamu harus memilki kepercayaan diri untuk mampu mengatasi masalah itu. Jangan
sampai kamu frustasi dan akhirnya lebih meningkatkan lagi nafsu makan. Sebab
obesiats yang berlanjut sampai usia dewasa dan tua akan menimbulakan berbagai
macam penyakit seperti penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
Prinsipnya
adalah Reduce weight and increase physical activity. Jika kedua hal
ini sudah kita pegang dan kita memilki motivasi dan konsistensi maka berat
badan ideal bukan lagi sebuah mimpi.
Obesitas
merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami kelebihan berat
badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Disamping risiko
kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes,
masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat
menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha
menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang
dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang
lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen
jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar
upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi
asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun
berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar
permasalahan.
2.
Diet Makan
Pengaturan makan merupakan tiang utama penanganan
obesitas, oleh sebab itu perlu ditekankan pada penderita bahwa kosistensi
pengaturan makan jangka panjang sangat menentukan keberhasilan pengobatan.
Keberhasilan pengobatan dievaluasi minimal dalam jangka waktu 6 bulan.
Dua macam nutrisi medik yang efektif untuk menurunkan
berat badan, yaituLow Calorie balance Diets (LCD),Very
Low Calorie Diets (VLCD), Low Calorie balance Diets(LCD).
Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi asupan lemak
dan karbohidrat. Dapat diberikan 1200-1600 kkal/hari dengan protein 1 g/kg BB,
lemak 20-25% dari kalori total dan sisa- nya karbohidrat.
Beberapa rekomendasi praktis dapat dilakukan untuk
mencapai sasaran diet : makan setidaknya 5-7 porsi buah dan sayuran perhari.
Makan 25-30 gram serat perhari (dari buah/sayur, roti gandum, sereal, pasta dan
kacang-kacangan).
Untuk sumber karbohidrat hasil proses, pilihlah roti
gandum. Minum sedikitnya 8 gelas sehari. Makan sedikitnya 2 porsi perhari hasil
olahan susu rendah lemak. Pilih protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit,
kalkun dan produk kedelai. Sebaiknya makan
daging lebih sedikit. Makan ikan setidaknya 2 kali seminggu. Asupan garam
maksimum 2.400 mg perhari.
3.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik aktif berupa aktivitas yang rutin, merupakan bagian penting
dari program penurunan berat badan. Olahraga juga dapat mengurangi rata-rata
angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit kronik. Latihan fisik saja sudah
dapat menurunkan berat badan rata-rata 2-3 kg.
4.
Farmakoterapi.
Tiga
mekanisme dapat digunakan untuk mengklasifikasi obat-obatan untuk terapi
obesitas adalah terapi yang mengurangi asupan makanan, yang mengganggu
metabolisme dengan cara mempengaruhi proses pra atau pascaabsorbsi. Terapi yang
meningkatkan pengeluaran energi atau termogenesis.
5.
Intervensi Bedah.
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka
pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara
merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan
dan dicerna.
6.
Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik
pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini
dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi
berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam
terapi obesitas.
Tidak ada komentar: