Mata Kuliah : Epidemiologi Gawat Darurat
Dosen :
Henni Kumaladewi H, SKM, M. Kes
KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE
DI DESA LAMPASIO KABUPATEN
TOLI-TOLI
DISUSUN
OLEH :
YUSRIANI
210240032
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas hidayah dan rahmat ilmu serta kekuatan dari
Ilahi Rabbi yang telah dicurahkan kepada penyusun makalah ini sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga tetap tercurahkan
kepada Rasulullah beserta junjungannya karena keindahan budi pekerti yang
menjadi suri tauladan kita.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum
mencapai ekspektasi yang diharapkan. Namun penulis mengharapkan semoga makalah
ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab
yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie,
mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan
dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan
dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit <
100.000/mm3).
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar
biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968,
jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas,
sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai
daerah di Indonesia.
DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi
di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh
Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena
menderita DBD sebanyak 1 orang dari 44 kasus. Hal inilah yang melatar belakangi
penulis untuk memberikan deskripsi mengenai kasus kejadian demam berdarah
dengue di Kecamatan Lampasio Kabupaten Toli-toli.
B. RUMUSAN
MASALAH
Adapun
rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas untuk memberikan gambaran
kasus demam berdarah dengue di Desa Lampasio Kabupaten Toli-Toli yaitu :
1.
Bagaimana deskripsi kasus demam berdarah
dengue (DBD) di Kecamatan Lampasio ?
2.
Bagaimana faktor determinan kasus demam
berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Lampasio?
3.
Bagaimana dampak kasus demam berdarah
dengue (DBD) di Kecamatan Lampasio ?
4.
Bagaimana upaya penanggulangan dan
pemecahan masalah dari kasus tersebut ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam
perumusan masalah di atas adalah :
1.
Untuk mengetahui deskripsi kasus demam berdarah dengue (DBD)
di Kecamatan Lampasio ?
2.
Untuk mengetahui faktor determinan kasus demam berdarah dengue
(DBD) di Kecamatan Lampasio ?
3.
Untuk mengetahui dampak kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan
Lampasio ?
4.
Untuk mengetahui upaya penanggulangan dan pemecahan masalah
dari kasus tersebut ?
BAB
II
TINJAUAN
KASUS
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab clan nyamuk penularnya tersebar
luas baik di rumah maupun tempat- tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih
dari 1000 meter diatas permukaan laut. Pada saat ini seluruh propinsi di
Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang
padat penduduknya dan arus transportasinya lancar. Menurut laporan Ditjen PPM
clan PLP penyakit ini telah tersebar di 27 propinsi di Indonesia.
Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian
dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga
merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan
jumlah penduduk 15542 jiwa yang terdiri dari 8172 jiwa penduduk laki-laki dan
7370 jiwa penduduk perempuan.
Lokasi kejadian DBD berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja
Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28
Februari 2011 dan dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011.
Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli
bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara
lintas program dan lintas sektor, yaitu :
Lintas Program di lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :
1) Kasie Sepim Kesma
Dinkes Kab Toli-Toli.
2) Pengelola Surveilans
Dinkes Kab. Toli-Toli.
3) Pengelola DBD Dinkes
Kab. Toli-Toli.
4) Tim Investigasi
Puskesmas Lampasio
Lintas Sektor Terkait : Pemerintah
setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).
Pemastian diagnosis
Pemastian diagnosis
dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan
pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.
Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang
dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.
Dari hasil pengumpulan
data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan sebagai
berikut berdasarkan data hasil investigasi lapangan :
a.
Demam yang di alami semua penderita DBD
b.
Sakit ulu hati yang di alami 7 orang
penderita
c.
Perdarahan yang di alami 31 orang
penderita
d.
Muntah yang di alami 7 orang penderita
e.
Batuk yang di alami 20 orang penderita
BAB
III
PEMBAHASAN
A. ASPEK
EPIDEMIOLOGI KASUS
1. DESKRIPSI
KASUS
a)
Person
Berdasarkan kelompok umur
Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur di Wilayah Puskesmas Lampasio
Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011.
No
|
Kelompok Umur (Thn)
|
Jumlah Kasus
|
|
Sakit
|
Mati
|
||
1
|
≤ 12
|
22
|
0
|
2
|
13 – 24
|
2
|
1
|
3
|
25 – 36
|
6
|
0
|
4
|
37 – 48
|
13
|
0
|
5
|
> 49
|
1
|
0
|
Jumlah
|
44
|
0
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada
pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur
> 49 tahun sebanyak 1 orang.
Berdasarkan jenis kelamin
Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas
Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011 :
1)
Laki-laki yang sakit 21 orang
2)
Perempuan yang sakit 23 orang dan
meninggal 1 orang
b)
Time
Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011
dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret
2011 dengan peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara
keseluruhan adalah 44 kasus.
c)
Place
Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah
Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011
berdasarkan hasil investigasi lapangan sebagai berikut :
1.
Desa Lampasio yang sakit 20 orang
2.
Desa Tinading yang sakit 18 orang
3.
Desa Sibea yang sakit 2 orang
4.
Desa Oyom yang sakit 4 orang dan
meninggal 1 orang
2. FAKTOR
DETERMINAN
a)
Faktor host
1)
Sistem imunitas
Sistem
imunitas sangat penting dalam pertahanan tubuh, sehingga apabila sistem
imunitas seseorang tinggi, maka infestasi virus yang dibawah oleh nyamuk aedes aygepty tidak dapat membuat seseorang sakit dan sebaliknya.
Kelompok umur yang banyak menderita DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa
Sibea, dan Desa Oyom adalah anak-anak umur di bawah 12 tahun.
2)
Perilaku
Perilaku masyarakat yang membuang sampah kaleng-kaleng bekas maupun
plastik-plastik yang dapat menjadi sarang nyamuk masih sangat rendah, hal ini
didasarkan masih banyak kaleng-kaleng bekas dan plastik-plastik yang ditemukan
di sekitar rumah penderita DBD.
3)
Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat masih sangat minim mengenai demam berdarah dengue
dan cara pemberantasan dan pengendaliannya di rumah, sehingga pengendalian
vektor masih sangat minim di lingkungan keluarga.
b)
Faktor agent
Aedes
Aegypty lebih suka bersarang di air bersih, oleh karena itu kasus demam berdarah
biasanya muncul pada setiap musim penghujan karena terdapat genangan air di
mana-mana dengan masa inkubasi 3 sampai 14 hari, umumnya 4 sampai 7 hari
Dibandingkan
orang dewasa, anak-anak cenderung lebih mudah terserang penyakit demam berdarah
karena mempunyai daya tahan tubuh yang lebih lemah.
Cara penularan
Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di
wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus
DBD mempunyai riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita
tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di
kota.
c)
Faktor environment
1) Sanitasi
lingkungan
Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa
Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat-tempat perindukan
nyamuk seperti tempurung kelapa, ban-ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah
penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes
aygepty dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik-jentik nyamuk
ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes.
2)
Cuaca
Lingkungan yang kurang bersih merupakan media yang cepat berkembang biaknya
nyamuk-nyamuk aedes aygepty yang didukung dengan kondisi curah hujan
tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular
kepada penduduk yang berada didesa tersebut.
3) DAMPAK
KASUS
Dampak
kasus DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom di
antaranya adalah :
a. Menyebabkan
1 kasus kematian dan 44 kasus penderita yang sakit.
b. Peningkatan
status menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD
c. Menurunnya
kehadiran sekolah karena kelompok umur yang paling banyak adalah umur di bawah
12 tahun
d. Meningkatkan
biaya perawatan dalamn dan luar pelayanan kesehatan
e. Dampak
sosial yang terjadi adalah menurunnya interaksi sesama warga.
4) UPAYA
PENANGGULANGAN DAN PEMECAHAN KASUS
Adapun upaya yang dilakukan dalam penanggulangan dan pemecahan DBD di
wilayah Puskesmas Lampasio adalah :
a)
Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana
satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.
b)
Melakukan abatisasi di sekitar wilayah
kejadian KLB DBD.
c)
Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi
lintas sektor dan lintas program.
d)
Pembinaan terhadap petugas surveilans
puskesmas dalam hal SKD KLB.
e)
Melakukan surveilans ketat hingga KLB
dinyatakan berhenti.
Adapun upaya penanganan kasus DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :
1. Pemberian
obat yang mengandung acetaminofen, misalnya tilenol, sangat disarankan bagi
penderita demam berdarah untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam.
2.
pemberian cairan tubuh (lewat minuman
atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah.
3.
Transfusi darah akibat pendarahan yang
terjadi pada penderita DBD yang lebih parah.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa
Oyom dengan jumlah penderita 44 orang berdasarkan kriteria KLB. Kelompok umur ≤
12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah
kasus 22 orang. Untuk memastian diagnosis melalui hasil pemeriksaan
Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.
B. Saran
1.
Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat
berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.
2.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan
dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam
mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2001. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam
Berdarah . Jakarta : Ditjen PPM dan PL Depkes RI.
Anonim.
2011. Buletin Epidemiologi
Sulawesi Tengah (BEST)
Buletin Epidemiologi
Sulawesi Tengah (BEST). http://buletinsulteng.wordpress.com
Saya didiagnosis Herpes 2 tahun yang lalu dan saya telah mencoba semua cara yang mungkin untuk mendapatkan obatnya tetapi tidak berhasil, sampai saya melihat sebuah posting di forum kesehatan tentang seorang Dokter Herbal (Dr Akhigbe) yang menyiapkan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan semua jenis. penyakit termasuk Herpes, pada awalnya saya ragu, apakah itu nyata tetapi memutuskan untuk memberinya percobaan, ketika saya menghubungi Dr Akhigbe melalui Emailnya: drrealakhigbe@gmail.com dia membimbing saya dan menyiapkan obat herbal dan mengirimkannya kepada saya melalui jasa pengiriman kurir, ketika saya menerima paket (jamu) Dia memberi saya petunjuk tentang cara mengkonsumsinya, saya mulai menggunakannya seperti yang diperintahkan dan saya berhenti mendapatkan wabah dan luka mulai menghilang, bisakah Anda percaya saya sembuh dari virus mematikan ini dalam dua hingga tiga minggu dan pemberitahuan perubahan di tubuh saya. Berhari-hari menggunakan PEMULIHAN ini, tidak bisa mempercayai penyembuhan pada awalnya sampai saya melihatnya sebagai HERPES saya sembuh seperti sihir Dr Akhigbe juga menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakit seperti, HIV, HERPES, KANKER, ALS, PENYAKIT KRONIS, PENYAKIT JANTUNG , LUPUS, ASTHMA, DIABETES HEPATITIS A DAN B.ECZEMA, BACK PAIN, INFEKSI EKSTERNAL, ASTHMA, MALARIA, DEMAM BERDARAH, BACTERIA DIARRHEA, RABI, PROGERIA, MENINGITIS, EPILEPSI, STONE, GULA HULU, GELOMBANG HUBUNGI JUGA, GULA HAK THYROID, DINGIN & FLU, PENYAKIT GINJAL, ACME. API LUKA. dll. Hubungi dokter herbal yang hebat ini hari ini bapak obat herbal. via Email: drrealakhigbe@gmail.com atau whatsapp dia +2349010754824 dan sembuh secara permanen. Dia nyata..website: https: drrealakhigbe.weebly.com
BalasHapus