Jumat, 25 Oktober 2013

Pendekatan Epidemiologi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat mendadak sehingga tidak terduga dan terkendali, bahkan juga tidak dapat diramalkan. Sekitar 90% disebabkan oleh faktor manusia (human factor).
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. (Yusherman, 2008).
Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di sarana pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)
Dampak ekonomi karena kecelakaan lalu lintas meliputi biaya perawatan kesehatan yang lama, kehilangan pencari nafkah, kehilangan pendapatan karena kecacatan yang secara bersama menyebabkan keluarga korban menjadi miskin dan hal ini biasanya terjadi di negara-negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana epidemiologi kecelakaan lalu lintas (KLL)?
2.      Bagaimana identifikasi masalah kasus KLL ?
3.      Bagaimana perhitungan besarnya masalah kasus KLL ?
4.      Bagaimana distribusi masalah kasus KLL ?
5.      Bagaimana peranan epidemiologi dalam kasus KLL ?
6.      Bagaimana upaya pencegahan KLL ?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan deskripsi mengenai :
1.      Epidemiologi kecelakaan lalu lintas (KLL)
2.      Identifikasi masalah kasus KLL
3.      Perhitungan besarnya masalah kasus KLL
4.      Distribusi masalah kasus KLL
5.      Peranan epidemiologi dalam kasus KLL
6.      Bagaimana upaya pencegahan KLL

BAB II
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI

A.    Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas (KLL) dapat terjadi di darat, di laut maupun di udara. Yang menonjol dan prevalen adalah KLL di darat, sementara KKL laut dan udara cenderung menigkat sesuai dengan perkembangan frekuensi lalu lintas di laut dan udara.

1.      KLL DARAT
KLL di darat di tandai dengan tabrakan atau bentuk persentuhan dari semua bentuk kendaraan maupun hal-hal terkait dengan kendaraan di darat. KLL Di darat bisa berupa sentuhan antar pejalan dengan kendaraan darat yang berlalu lalang.
2.    KLL LAUT
Keadaan kecelakaan di laut melibatkan berbagai jenis kapal : kapal penumpang, kapal barang, kapal tanker. Korban dan kecelakaan yang terjadi terkait dengan jenis kapal itu. Jika mengenai kapal penumpang maka akan menimpa banyak orang yang menjadi penumpang. Jika kecelakaan mengenai sebuah tanker minyak maka kecelakaan laut bisa berwujud pencemaran minyak.

3.         KLL UDARA
Bentuk-bentuk KLL udara bisa seperti Pesawat jatuh, pesawat tabrakan, pembajakan/terorisme, penyanderaan dan sebagainya.
Faktor Resiko
Berbagai faktor terlibat dalam KLL, mulai manusia sampai sarana jalan yang tersedia. Secara garis besar ada 5 faktor yang berkaitan dengan peristiwa KLL, yaitu pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, jalan dan lingkungan. Ditemukan konstribusi masing-masing faktor : manusia 75%, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.
a.      faktor manusia
1.      Pengemudi adalah faktor paling dominan dalam kecelakaan lalu lintas, seperti pengemudi. Faktor pengemudi memberi kontribusi sekitar 75 persen hingga 80 persen terhadap kecelakaan lalu lintas yang biasanya diawali oleh pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran rambu lalu lintas terkait dengan beberapa faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang lalu lintas karena ketiadaan surat izin mengemudi. Seorang pengemudi yang memiliki surat izin mengemudi pasti akan mengetahui rambu-rambu lalu lintas karena salah satu proses untuk mendapat surat izin mengemudi adalah tes tertulis tentang lalu lintas. Selain faktor pengetahuan rambu lalu lintas juga terkait dengan ketrampilan mengemudi, situasi mengantuk saat mengemudi, gangguan kesehatan saat mengemudi, kelelahan saat mengemudi, juga biasanya mabuk saat mengemudi. Faktor lainnya terkait dengan usia pengemudi seperti dibawah 17 tahun atau diatas 50 tahun.
2.      Penumpang, misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih. Secara psikologi ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
3.      Pemakai jalan. Pemakai jalan di Indonesia bukan saja terjadi dari kendaraan. Disana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu jalan raya dapat menjadi tempat numpang pedagang kaki lima, peminta-minta dan semacamnya. Hal ini membuat semakin semerawutnya keadaan di jalanan.
b.      Faktor kendaraan
Faktor kendaraan memiliki andil terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas seperti pecah ban, rem tidak berfungsi, peralatan kendaraan yang sudah aus karena lama pemakaian dan penyebab lainnya yang berhubungan dengan teknologi kendaraan. Kendaraan yang dirawat dengan rutin serta pengujian kendaraan bermotor secara reguler dapat menghindari terjadinya kendaraan yang disebabkan oleh faktor kendaraan.
                        beberapa jenis kendaraan dapat dibagi atas kendaraan tidak bermotor seperti becak, sepeda, gerobak, delman/bendi, dan semacamnya. Sedangkan kendaraan bermotor contohnya adalah sepeda motor, motor tiga roda, mobil, bus, truk, dan sejenisnya yang menggunakan bahan bakar.
c.       Faktor jalanan
Jalan turut menjadi faktor terjadinya kecelakaan, baik dari segi geometrik jalan, ketiadaan pagar pengaman pada jalan berkelok dan jalan berbukit, ketiadaa rambu jalan, ketiadaan median jalan, jalan berlobang/rusak, maupun dari kondisi permukaan jalan secara umum. Selain daya tampung kendaraan diatas jalan perlu menjadi perhatian, utamanya jalan di perkotaan yang padat kendaraan bermotor.
d.      Faktor lingkungan
Asap, kabut, hujan adalah beberapa diantaranya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Itulah yang disebut faktor lingkungan yang berkaitan dengan cuaca. Ketika hujan atau kabut atau asap, maka jarang pandang menjadi terbatas dan jalan menjadi licin. Pada kondisi ini, jarak pengereman diatur sejauh mungkin dan menghindari pengereman mendadak. Kabut dan asap lebih sering terjadi pada daerah pegunungan, sedangkan cuaca hujan dapat terjadi dimana saja.

B.     Kasus Kecelakaan
Contoh kasus kecelakaan dengan pendekatan epidemiologi yaitu kasus kecelakaan lalu lintas bus Sumber Kencono di Jalan Raya Madiun-Surabaya. Di tahun 2012, kecelakaan maut bus sudah terjadi beberapa jam setelah malam pergantian tahun baru. Minggu (1/1) dini hari bus Sumber Kencono menabrak sepeda motor dan warung di Jalan Raya Madiun-Surabaya di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

C.     Identifikasi Masalah
Kecelakaan maut bus Sumber Kencono ini terjadi beberapa jam setelah malam pergantian tahun baru. Minggu tanggal satu bulan januari dini hari bus Sumber Kencono menabrak sepeda motor dan warung di Jalan Raya Madiun-Surabaya di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Akibat kecelakaan itu, 6 orang tewas.
Saksi mata di lokasi kejadian menyebutkan sebelum kejadian laju bus Sumber Kencono bernomor polisi W 7727 UY sangat kencang. Sebelum menabrak sepeda motor dan warung, diduga bus naas itu terlibat saling salip dengan bus Sumber Kencono lainnya.

D.    Perhitungan Besarnya Masalah
Kecelakaan Lalu lintas yang terjadi tersebut merupakan salah satu dari puluhan kecelakaan lalu lintas. Sepanjang tahun 2012, angka kecelakaan 7.817 kasus. Angka tersebut, lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8.144 kasus.
Artinya, jumlah kasus kecelakaan tahun 2012 mengalami penurunan hingga 3,66 persen atau 297 kasus. Hal ini diungkapkan Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno.
E.     Distribusi Masalah
Adapun distribusi kasus kecelakaan tersebut diantaranya seperti :
1.       9 januari 2012, lima orang tewas dan dua luka-luka setelah mobil Carry dengan nomor polisi H 9488 WY bertabrakan dengan Bus Rajawali di jalur Semarang-Bawen. 
2.      Di hari pertama Februari, kecelakaan maut terjadi di Sumedang, Jawa Barat. Rabu (1/1) bus Maju Jaya terjun ke jurang sedalam 10 meter setelah menabrak sebuah truk. Akibatnya, 12 orang penumpang tewas, 4 orang luka berat dan belasan luka ringan.
Diduga bus mengalami rem blong sehingga menabrak bagian belakang truk. Setelah menabrak, bus yang melintas di ruas jalan yang sepi itu terjun ke dalam jurang.
3.      Enam hari setelah kecelakaan bus Maju Jaya di Sumedang, Selasa (7/2) bus Restu menabrak sebuah truk di jalan tol Surabaya-Porong, tepatnya di kilometer 24.700. Saat itu bus yang mengangkut 76 penumpang tersebut melaju kencang dari arah Malang ke Surabaya tiba-tiba menabrak truk pengangkut pasir. Akibat kecelakaan itu, tiga orang tewas, yakni dua penumpang dan kenek bus. 
Larsito, sopir bus yang melarikan diri, akhirnya bisa diringkus polisi. Dia lantas diproses hukum.
4.      Kecelakaan maut bus Karunia Bhakti di Cisarua, sore tadi menewaskan 13 orang, yang kemungkinan sebagian besar berasal dari penumpang. Sementara 40 orang luka-luka dilarikan ke rumah sakit. Proses evakuasi masih berlangsung hingga malam ini. Korban tewas kemungkinan masih akan terus bertambah.  Dugaan sementara, bus yang menabrak sejumlah kendaraan dan warung ini mengalami rem blong. Kepolisian masih menyelidiki tabrakan maut tersebut.
5.      Kecelakaan bus Raharja bernopol AB 2586 AC hari Minggu (4/11/2012) sore yang menumpang rombongan mahasiswa. Bus ini menabrak sebuah Isuzu Panther bernopol R 8569 SB hingga terseret dan menabrak tembok. Laju bus masih tidak bisa dikendalikan hingga menghantam sepeda motor Yamaha Mio bernopol R 4986 JA dan sebuah gerobak yang ada di belakang Panther. Sebuah motor Honda Revo juga jadi korban dan berakhir dengan menabrak 3 buah pohon Palem.

F.      Peranan Epidemiologi
1.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kecelakaan seperti tempat kecelakaan, korban jiwa dan korban luka-luka/cidera.
2.      Menyediakan data yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan untuk menindaklanjuti kasus-kasus kecelakaan yang terjadi
3.      Membantu melakukan evaluasi terjadinya suatu kecelakaan.
4.      Mengembangkan metodologi untuk menganalisis  keadaan orang dalam upaya untuk mengatasi bertambahnya kejadian kecelakaan.

BAB III
UPAYA PENCEGAHAN

A.    Primordial Prevention
Pencegahan tingkat pertama yaitu pemantapan status kesehatan (Underlying Condition)  seperti :
1.      Pelarangan orang sakit dalam mengendara
2.      Realisasi peraturan
3.      Tidak mengendarai kendaraan pada saat mabuk, ngantuk, maupun letih
4.      Pembatasan kecepatan kendaraan
5.      Perbaikan fasilitas

B.     Health Promotion
Pencegahan tingkat kedua yaitu promosi kesehatan, misalnya:
1.      Pendidikan dan penyebaran informasi mengenai lalu lintas
2.      Pendidikan pada usia sekolah seperti pemberian informasi kecelakaan dan dampaknya bagi pelajar.
3.      Sosialisasi kecelakaan lalu lintas melalui media elektronik maupun media cetak.
4.      Penyebarluasan informasi mengenai lalu lintas pada iklan layanan masyarakat.
5.      Pendirian pamplet, pemasangan spanduk larangan ugal-ugalan dan kehati-hatian dalam berkendara.
C.     Spesific Protection
Pencegahan tingkat ketiga yaitu pencegahan khusus, misalnya:
1.      Perlindungan pengendara terhadap bahaya (memakai helmet, sarung tangan, dsb)
2.      Pemakaian sabuk pinggang atau sabuk pengaman (seat belt)
3.      Perbaikan jembatan penyeberangan.

D.    Early Diagnosis
Pencegahan tingkat keempat yaitu diagnosis awal dan pengobatan tepat, misalnya: penjajakan kasus ( case finding ), dan pemberian obat yang rational dan efektif pada pengendara yang mengalami kecelakaan.

E.     Prompt Treatment
Pencegahan tingkat kelima yaitu pembatasan kecacatan (Disability Limitation) misalnya: pemasangan pin pada tungkai yang patah pada anggota tubuh pengendara yang mengalami kecelakaan.

F.      Rehabilitation
Pencegahan tingkat keenam yaitu rehabilitasi, misalnya:
1.      Rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protese pada pengendara yang kecelakaan (cacat).
2.      Pemberian jaminan kecelakaan untuk pemulihan dan penggantian dana akibat kecelakaan.
3.      Bantuan berupa kasih sayang, dan perawatan diluar rumah sakit oleh keluarga menjadi aspek penting dalam pemulihan akibat kecelakaan.

BAB IV
KESIMPULAN
Kecelakaan (accident) merupakan kejadian yang sangat mendadak sehingga tidak terduga dan terkendali, bahkan juga tidak dapat diramalkan namun  dapat dicegah dengan berbagai tingkat pencegahan yaitu primordial prevention, health promotion, spesific protection, early diagnosis, prompt treatment, dan rehabilitation.
Aspek pendekatan epidemiologi dapat digunakan dalam kasus kecelakaan dengan menjabarkan faktor resiko kecelakaan, identifikasi, perhitungan besarnya kasus, distribusi dan peranan epidemiologi dalam kasus tersebut.









DAFTAR PUSTAKA

Adhitya Purbaya, Angling. 2012. Kisah Mencekam dan Detik-detik Terakhir Kecelakaan Maut di Baturaden. www.detikNews.com
Ismail, Rachmadin. 2012. Ini Dia Identitas Korban Kecelakaan Truk vs Bus Rosalia Indah. www.detikNews.com

Handoko, Hardianto. 1989. Manfaat Program Wajib Helm dalam Menurunkan Angka Kematian Pengendara Sepeda Motor Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Badung Propinsi Bali. Medika
Poskan komentar dengan
Poskan komentar dengan

Tidak ada komentar: